Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kondisi perekonomian global terutama di negara maju masih mengalami tantangan berat. Hal itu dikhawatirkan berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia.
"Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan lebih lambat dari 2022. Apalagi 2021 yang waktu itu adalah tahun pemulihan ekonomi sesudah pandemi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Rabu (22/2/2023).
Sri Mulyani memperkirakan pelemahan ekonomi di negara maju masih akan terus berlanjut. Bahkan kemungkinan resesi disebut masih ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tren melemahnya ekonomi di negara maju ini masih berlanjut dan kemungkinan akan terjadi resesi juga masih ada," ucapnya.
Peranan ekonomi yang melambat, kata Sri Mulyani, disumbangkan terutama oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Hal ini diperkirakan akan berpengaruh ke kinerja perekonomian Indonesia.
"Ini tentu akan menjadi pengaruh yang sangat menentukan bagi perekonomian Indonesia juga," tuturnya.
Pada 2022 sendiri hampir seluruh negara di dunia kinerja ekonominya relatif lebih rendah dibandingkan 2021. Untuk Indonesia mencatatkan pertumbuhan 5,3% (year on year/yoy), yang dinilai Sri Mulyani sangat baik dibandingkan negara lain.
"Ini adalah sebuah pola pemulihan yang resillience dan sangat meyakinkan karena kalau kita lihat di negara lain, dia bisa pulih kemudian melorot lagi. Kalau kita 5 kuartal berturut-turut bisa terjaga di atas 5%," imbuhnya.
(aid/zlf)