Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkap harga beras premium dipastikan akan turun sebelum Lebaran 2023. Turunnya harga beras premium diperkirakan seiring melimpahnya pasokan saat panen raya.
"Bisa turun, begitu sudah panen raya. Jadi yang disebut panen kemarin itu bukan panen raya itu kan panen wilayah. Kalau panen raya itu kan secara nasional, dapat dipastikan (harga beras premium) dapat turun. Karena kan demand and supply," katanya Roy di sela sela acara Gathering AP3MI di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (23/2/2023).
Seiring dengan melimpahnya pasokan beras saat panen raya, Roy menargetkan seminggu sebelum lebaran harga beras sudah turun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu supply-nya diguyur berlimpah, pasti demand-nya kan tetap maka bisa turun. Diprediksi setelah panen. Mudah-mudahan sebelum Idul fitri udah turun, satu minggu sebelum bisa turun. Karena panen yang di pertengahan Maret, di akhir Maret itu sudah digiling, pertengahan April udah masuk," tuturnya.
Roy pun mengakui bahwa harga beras premium di ritel modern. Menurutnya penyebab dari kenaikan beras tersebut berkaitan dengan permintaan dan penawaran.
"Kenyataannya demikian karena beras itu belum panen dan tebusnya juga mahal. Ya baru akhir bulan ini (Februari). Demand ga pernah turun dan suplai berfluktuasi. Itu dasar utama kenapa ada pergerakan harga, perubahan harga bahkan ketersedian yang juga tersedia berkurang dan seterusnya. Jadi case nya ini adalah demand suplai," tuturnya.
Semakin meningkatnya harga beras di pasar bahkan ritel, pengusaha juga mengatakan tidak bisa mengikuti patokan harga eceran tertinggi (HET) beras premium yang diatur pemerintah, sehingga harga beras di ritel semakin mahal.
"Kalau yang non Bulog kan Bulog juga keluarkan beras premium yang didapat dari petani, tetapi jumlahnya kan nggak banyak karena memang panen belum ada. Jadi non Bulog premium harganya memang naik karena harga tebus juga naik," beber Roy.
Bersambung ke halaman selanjutnya.