Tambak Udang Modern Kebumen Resmi Operasi, Apa Beda dengan yang Tradisional?

Tambak Udang Modern Kebumen Resmi Operasi, Apa Beda dengan yang Tradisional?

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 09 Mar 2023 14:05 WIB
Tambak Udang
Foto: (Aulia Damayanti/detikcom)
Kebumen -

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjelaskan apa perbedaan dari tambak udang modern di Kebumen dengan tambak tradisional. Menurutnya, tambak udang modern dengan konsep berbasis kawasan ini memikirkan proses kebersihan dari air hingga benur yang akan dibudidaya.

Kebersihan dan sterilisasi itu dilakukan karena budidaya udang ini lebih sensitif dengan virus atau penyakit. Trenggono pun buka-bukaan proses sterilisasi tersebut yang dimulai dari penyaringan dan sterilisasi air.

"Sebelum ditanami, sebetulnya sebelum dia intech (cek) itu harus di cek dulu istilahnya apa dia mengandung virus atau penyakit atau apa itu ada alat testnya, istilahnya PCR-nya. Kalau itu diyakini sudah bersih masuknya ke kolam tandon tadi sebelum masuk ke kolam budidaya yang kotak-kotak ini, itu di test lagi, begitu diyakini airnya sudah clear tidak ada bibit penyakit," ujar Trenggono saat ditemui di lokasi Budidaya Udang Berbasis Kawasan, Kabupaten Kebumen, Kamis (9/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian sebelum ditebar di kolam, benur udang terlebih dahulu juga dicek apakah mengandung penyakit atau tidak. Istilah yang digunakan KKP adalah dengan cara budidaya ikan yang baik (CBIB).

"Benur yang mau ditabur itu juga harus dipastikan benurnya tidak mengandung penyakit, di PCR juga, ini lebih ke prosedur," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Kemudian, hasil limbah dari bekas budidaya udang tersebut juga akan dimanfaatkan. Maka, ada alat yang menyaring limbah tersebut. Trenggono mengatakan limbah budidaya udang bisa diolah untuk pupuk.

"Air yang selesai budidaya ini harus mengalir ke instalasi pengolahan limbah. Sebelum dia masuk ke laut dipastikan airnya itu bersih, nah kotoran limbah nya ini yang bisa kita tampung tadi bisa diproses sebagai pupuk dan macam-macam," ungkapnya.

Menurut Trenggono, tambak tradisional sendiri tidak memikirkan pengecekan terhadap air hingga kesehatan udang atau benur. Padahal budidaya udang disebut menjadi yang rawan dengan adanya virus.

"Budidaya yang tradisional itu cenderung abai tidak ada checking air yang untuk budidaya, tidak ada checking bibit, checking pakan bahkan pakan kadang dikasih kadang tidak yang menyebabkan produktivitas udang menjadi kuntet berpenyakit dan sebagainya yang bisa terjadi," pungkasnya.

Sebagai informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan menjelaskan pembangunan tambak budidaya udang berbasis kawasan di Kebumen mencapai target produksi udang nasional 2 juta ton pada 2024. Sehingga Indonesia berkontribusi lebih banyak lagi pada kebutuhan pasar udang dunia yang nilainya mencapai US$ 28,3 miliar pada tahun 2021.

Tambak ini menerapkan konsep tambak ramah lingkungan, dengan peningkatan teknologi seperti penerapan tandon, saluran inlet dan outlet terpisah, penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), peningkatan padat tebar, pengaturan petak pemeliharaan, mekanisasi seperti kincir dan pompa, serta manajemen kesehatan ikan dan udang.

Simak Video: Jokowi Resmikan Tambak Udang 60 Hektare Senilai Rp 175 Miliar

[Gambas:Video 20detik]



(ada/dna)

Hide Ads