Pemerintah memberikan sinyal rencana impor beras untuk kedua kalinya tahun ini. Awalnya, hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas. Kemudian, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, juga angkat bicara.
Berikut fakta-fakta terkini rencana impor beras Indonesia
1. Impor Diputuskan Saat Panen Raya
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, menerangkan, adanya opsi impor akan ditentukan setelah melihat panen raya selama tiga bulan ke depan. Jika produksi panen atau gabah selama panen raya rendah, baru diputuskan apakah perlu impor. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan impor belum ada sampai hari ini.
"Jadi belum ada sampai hari ini keputusan impor. Kemudian kita harus lihat 3 bulan panen ini akan menentukan biasanya kalau grafik itu di 3 bulan Maret, April Mei, setelah itu akan turun produksi. Setelah itu panen berikutnya kita hitung sama sama tentunya. Selalu ada koreksi, apakah hujan kemarin merendam berapa di potret tiap bulan," jelas Arief di Pasar Jaya Kramat Jati, Jumat (17/3/2023).
Arief menegaskan saat ini pemerintah tetap mengutamakan penyerapan dari petani dalam negeri. Terutama untuk cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Perum Bulog.
"Kalau udaranya kaya gini bisa dapat banyak. Kalau kaya kemarin beberapa daerah itu pasti ada koreksi. Ini bukan kita mau impor gitu ya, nanti kita hitung," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) mengatakan berkaitan dengan opsi impor yang disampaikan Zulhas menurutnya itu merupakan sebuah langkah antisipasi. Ia mengatakan itu merupakan perhitungan terburuk ke depan.
"Tapi bukan kita hobi impor, ini hanya antisipasi aja. Kita lihat aja perkembangannya, perjalanannya. Tapi itu bukti pak mendag sudah mengantisipasi, memperhitungkan kemungkinan yang terburuk. Jadi kebutuhan masyarakat itu tidak terganggu nanti. Karena ini masalah perut masalah pangan yang tidak bisa ditunda," ungkapnya.
2. Cadangan Bulog Tipis
Kembali ke Arief, ia mengatakan saat ini sisa cadangan beras pemerintah (CBP) dan beras komersil di gudang Perum Bulog hanya tersisa 280.000 ton. Padahal rata-rata per bulan Bulog harus menyalurkan atau operasi pasar beras sebanyak 200.000 ton.
Jumlah beras di gudang Bulog itu jauh dari ideal, di mana per tahunnya harus ada 1,2 juta ton. Jadi, Arief mendorong agar Perum Bulog menyerap beras petani maksimal pada panen raya tiga bulan ke depan.
"Beras di bulog hari ini 280.000 ton, CBP plus komersial. Sehingga Pak Buwas 1 bulan bisa 200.000 ton untuk stabilisasi," jelasnya
Badan Pangan Nasional memerintahkan Perum Bulog menyerap beras petani pada panen raya sebanyak 2,4 juta ton. Rinciannya 1,2 juta ton untuk CBP dan sisanya untuk penugasan lainnya, termasuk penyaluran bantuan sosial (bansos).
"Pak Presiden menyampaikan 3 bulan ini dikali 21,35 juta penerima manfaat (KPM) itu 3 bulan ke depan 10 kilogram. Itu beliau harus siapkan, artinya beliau akan serap sebanyak itu. Karena 21 juta untuk saudara-saudara kita ini Presiden minta diamankan dulu," jelas Arief.
Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik