3 Fakta Terbaru Rencana RI Impor Beras Lagi

3 Fakta Terbaru Rencana RI Impor Beras Lagi

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 18 Mar 2023 10:54 WIB
Buruh pelabuhan menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal kargo di Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (5/1/2023). Perum Bulog mengimpor sebanyak 500.000 ribu ton beras asal Vietnam yang didatangkan secara bertahap sampai Februari 2023 dan sebanyak 200.000 ton di antaranya sudah tiba pada akhir tahun 2022 untuk pemenuhan stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Ilustrasi impor beras.Foto: Ampelsa/Antara Foto
Jakarta -

Pemerintah memberikan sinyal rencana impor beras untuk kedua kalinya tahun ini. Awalnya, hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas. Kemudian, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, juga angkat bicara.

Berikut fakta-fakta terkini rencana impor beras Indonesia

1. Impor Diputuskan Saat Panen Raya

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, menerangkan, adanya opsi impor akan ditentukan setelah melihat panen raya selama tiga bulan ke depan. Jika produksi panen atau gabah selama panen raya rendah, baru diputuskan apakah perlu impor. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan impor belum ada sampai hari ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi belum ada sampai hari ini keputusan impor. Kemudian kita harus lihat 3 bulan panen ini akan menentukan biasanya kalau grafik itu di 3 bulan Maret, April Mei, setelah itu akan turun produksi. Setelah itu panen berikutnya kita hitung sama sama tentunya. Selalu ada koreksi, apakah hujan kemarin merendam berapa di potret tiap bulan," jelas Arief di Pasar Jaya Kramat Jati, Jumat (17/3/2023).

Arief menegaskan saat ini pemerintah tetap mengutamakan penyerapan dari petani dalam negeri. Terutama untuk cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Perum Bulog.

ADVERTISEMENT

"Kalau udaranya kaya gini bisa dapat banyak. Kalau kaya kemarin beberapa daerah itu pasti ada koreksi. Ini bukan kita mau impor gitu ya, nanti kita hitung," lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) mengatakan berkaitan dengan opsi impor yang disampaikan Zulhas menurutnya itu merupakan sebuah langkah antisipasi. Ia mengatakan itu merupakan perhitungan terburuk ke depan.

"Tapi bukan kita hobi impor, ini hanya antisipasi aja. Kita lihat aja perkembangannya, perjalanannya. Tapi itu bukti pak mendag sudah mengantisipasi, memperhitungkan kemungkinan yang terburuk. Jadi kebutuhan masyarakat itu tidak terganggu nanti. Karena ini masalah perut masalah pangan yang tidak bisa ditunda," ungkapnya.

2. Cadangan Bulog Tipis

Kembali ke Arief, ia mengatakan saat ini sisa cadangan beras pemerintah (CBP) dan beras komersil di gudang Perum Bulog hanya tersisa 280.000 ton. Padahal rata-rata per bulan Bulog harus menyalurkan atau operasi pasar beras sebanyak 200.000 ton.

Jumlah beras di gudang Bulog itu jauh dari ideal, di mana per tahunnya harus ada 1,2 juta ton. Jadi, Arief mendorong agar Perum Bulog menyerap beras petani maksimal pada panen raya tiga bulan ke depan.

"Beras di bulog hari ini 280.000 ton, CBP plus komersial. Sehingga Pak Buwas 1 bulan bisa 200.000 ton untuk stabilisasi," jelasnya

Badan Pangan Nasional memerintahkan Perum Bulog menyerap beras petani pada panen raya sebanyak 2,4 juta ton. Rinciannya 1,2 juta ton untuk CBP dan sisanya untuk penugasan lainnya, termasuk penyaluran bantuan sosial (bansos).

"Pak Presiden menyampaikan 3 bulan ini dikali 21,35 juta penerima manfaat (KPM) itu 3 bulan ke depan 10 kilogram. Itu beliau harus siapkan, artinya beliau akan serap sebanyak itu. Karena 21 juta untuk saudara-saudara kita ini Presiden minta diamankan dulu," jelas Arief.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

3. Ancaman Iklim untuk Produksi Beras

Melihat tiga bulan ke depan merupakan masa panen raya yakni Maret, April, dan Mei, Badan Pangan Nasional mengungkap ancaman cuaca atau iklim yang bisa mempengaruhi produksi beras tahun ini. Arief Prasetyo Adi menyebut ancaman itu adalah iklim kemarau ekstrem atau El Nino.

Ia menerangkan iklim ekstrem itu akan terjadi setelah musim penghujan ini. Hal ini diungkapkan berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"El Nino ini kebalikannya La Nina, kalau La Nina kita diberi kesempatan untuk tanam lebih banyak karena hujan. Kalau El Nino artinya (air) berkurang, padi kalau tidak ada air tidak bisa," kata Arief

Arief mengungkap kemungkinan kondisi iklim El Nino itu sebesar 50% sampai 60%. Kondisi itulah yang disebut akan mempengaruhi produksi beras tahun ini.

Meski demikian, pihaknya tetap optimis akan produksi atau hasil panen raya tahun ini. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional, I Gusti Ketut Astawa, mengatakan sampai Maret diprediksi jumlah panen raya mencapai 5 juta ton.

"Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) cukup karena dilihat sekarang Maret ini sekitar 5 jutaan ton. Panen beras April juga banyak," ujarnya.

4. Rencana Impor Disampaikan Zulhas

Rencana impor disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.

"Ini kemarin dipimpin presiden, kapanpun diperlukan kita bisa masuk lagi 500 ribu ton. Karena stok Bulog harusnya 1,2 juta ton, sekarang kalau nggak salah tinggal 300-an (ribu ton)," katanya saat Raker dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (15/3/2023).

Sayangnya Zulhas tidak menybut kapan impor beras dilakukan, namun dia mengaku sebenarnya kurang setuju dengan opsi impor.

"Walaupun berat, saya ini sebenarnya nggak setuju impor-impor itu, tapi tidak ada pilihan. Kemarin diputuskan kembali 500 ribu ton, tapi kapan (kalau) diperlukan. Karena sekarang lagi panen raya," lanjutnya.

Meski begitu, ia menegaskan yang pasti opsi impor beras tidak dilakukan sekarang, karena Indonesia masih di periode panen raya. "Belum sekarang ini kan lagi panen raya, nggak mungkin. Tapi kalau kita nggak beli nanti nggak ada, gimana?," terangnya.


Hide Ads