Jakarta -
CEO TikTok Shou Zi Chew tengah menjadi sorotan publik usai muncul dalam salah satu Rapat DPR Amerika Serikat (AS). Adapun ia diminta untuk mengikuti rapat guna diskusi tanya-jawab terkait keamanan data pengguna TikTok.
Sebagaimana diketahui, anggota parlemen AS memang sering memanggil sejumlah perusahaan teknologi raksasa (termasuk Meta, Google, dan raksasa teknologi lainnya) dalam rapat mereka terkait keamanan data perusahaan. Hal ini sehubungan dengan penyusunan rancangan undang-undang privasi digital AS.
Meski begitu, dalam sesi tanya-jawab antara anggota parlemen AS dengan CEO TikTok tampaknya tidak berjalan mulus bagi perusahaan. Tidak sedikit dari anggota parlemen AS yang merasa tidak puas dengan TikTok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini dikarenakan struktur kepemilikan TikTok yang sebagian masih dimiliki oleh perusahaan asal China, ByteDance. Selain itu tidak sedikit juga anggota parlemen AS yang mempermasalahkan fitur-fitur TikTok yang dinilai adiktif bagi penggunanya, serta banyaknya postingan berbahaya yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap anak muda di AS.
Lantas seperti apa sih sosok Shou Zi Chew selaku CEO TikTok?
Berdasarkan catatan detikcom yang sebelumnya telah melansir dari The Guardian, Shou Zi Chew merupakan pria berusia 40 tahun yang lahir di Singapura. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja di bidang konstruksi, sementara ibunya di bidang pembukuan.
Ia sempat menjalani wajib militer di angkatan bersenjata Singapura. Bahkan pada kala itu, ia pernah bertahan hidup selama lima hari di hutan Kalimantan. Baginya, pengalaman tersebut adalah yang paling melelahkan dalam hidupnya.
Tak lama berselang, Chew memperoleh gelar sarjana ekonomi di University College London pada 2006. Ia pun akhirnya melanjutkan kuliahnya ke Harvard Business School untuk gelar MBA pada tahun 2010.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Dalam sebuah postingan di situs web Alumni Harvard, saat menjadi mahasiswa di sana Chew bekerja untuk sebuah startup yang bernama Facebook, sebelum media sosial tersebut diluncurkan secara resmi pada 2012.
Setelah lulus, ia bekerja di Goldman Sachs selama 2 tahun sebagai banker, sebelum akhirnya ia bekerja di perusahaan investasi milik miliarder Yuri Milner bernama DST. Di sini, dia memimpin tim investor awal ByteDance, induk TikTok, pada 2013.
Pada 2015, Chew bergabung dengan Xiaomi, raksasa ponsel pintar asal China, sebagai Kepala Keuangan. Pada kala ia menempati posisi tersebut, ia baru berumur 32 tahun. Chew membantu mengamankan pembiayaan penting dan membantu perusahaannya melakukan go publik di 2018.
Langkah tersebut menjadi salah satu IPO teknologi terbesar di negara itu dalam sejarah.Dia kemudian diangkat menjadi International Business President di Xiaomi pada tahun 2019.
Setelah berkarir di Xiaomi, barulah Chew pindah ke ByteDance. Chew ditawari langsung oleh pendiri ByteDance, Zhang Yiming, yang sudah mengenalnya sejak kuliah di London. Ia ditawari sebagai Chief Financial Officer pertama ByteDance pada 2021 silam.
Dua bulan kemudian, Chew diangkat menjadi Chief Execitive Officer (CEO), menggantikan kepergian mendadak mantan eksekutif Disney, Kevin Mayer, yang meninggalkan TikTok setelah bekerja selama tiga bulan.
Naiknya karir CEO TikTok Shou Zi Chew ke puncak industri teknologi membuatnya masuk ke dalam daftar Fortune 40 under 40 pada tahun 2021.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya CEO TikTok Shou Zi Chew dicecar banyak pertanyaan saat memberikan kesaksian di Rapat DPR alias Kongres Amerika Serikat terkait rencana Negeri Paman Sam yang akan memblokir aplikasi media sosial berbagi video pendek itu.
Berlangsung di Capitol Hill, Washington, Kamis waktu setempat (23/3/2023), Chew menjawab tuduhan TikTok menjadi agen China yang memata-matai AS. Selain itu anggota kongres menuding konten TikTok merusak kesehatan mental anak-anak.
Selama lima jam kesaksiannya, Chew berulang kali menyangkal bahwa TikTok membagikan data atau memiliki koneksi dengan Partai Komunis China. Dia pun menegaskan bahwa platformnya melakukan segalanya untuk memastikan keamanan bagi 150 juta penggunanya di AS.
Chew menuturkan TikTok selama lebih dari dua tahun telah membangun firewall untuk menutup data pengguna AS yang dilindungi dari akses asing yang tidak sah. "Intinya adalah data Amerika disimpan di tanah Amerika, oleh perusahaan Amerika, diawasi oleh orang Amerika sendiri," kata CEO TikTok Shou Zi Chew.