Demam Career Switch, Kenapa Generasi Milenial-Z Doyan Gonta-ganti Kerjaan?

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Senin, 03 Apr 2023 14:49 WIB
Foto: iStock
Jakarta -

Belakangan ini, di media sosial Twitter tengah ramai membicarakan hal terkait career switch atau aksi mendapatkan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan profesi saat ini. Terdapat berbagai pendapat yang menanggapi hal tersebut, ada yang setuju melakukan career switch ada juga yang kurang setuju.

Hal ini bermula dari postingan akun base Twitter @worksfess yang berisi foto terkait pertanyaan apakah di usia 24 tahun sudah harus menentukan pekerjaan yang benar-benar ingin ditekuni atau masih bisa mencoba berbagai pekerjaan lainnya.

"Menurut kalian, penentuan last port (tujuan akhir bidang karir yg akan dijalani sampe tua) itu paling bijaknya maximal di umur berapa ya? Aku usia 24 tahun kalo pindah kerja masih mencar2 beda2 bidangnya, karena merasa masih pengen coba bidang lain, di sisi lain takut gabisa fokus ke satu bidang aja, tapi di sisi lain juga masih pengen coba2 yang lain," cuitnya dilihat detikcom, Senin (3/4/2023).

Menurut Pengamat Sosial Devie Rahmawati, anak-anak muda, seperti generasi milenial atau generasi z, tumbuh besar di ekosistem digital di mana ada banyak opsi dalam hidup mereka sejak masih kecil. Hal ini nantinya bisa mempengaruhi mentalitas mereka sebagai pekerja. Ditambah lagi, iklim pekerjaan lebih banyak yang membutuhkan seseorang dengan keahlian tertentu, bukan yang membutuhkan banyak tenaga kerja.

Ia menyebutkan beberapa alasan banyak anak muda yang melakukan career switch, pertama yaitu ingin mengeksplorasi karirnya. Kedua, mereka senang apabila kehadiran mereka bisa lebih bermakna atau memberikan manfaat bagi suatu perusahaan.

"Jadi bukan hanya terhadap pada pekerjaan di mana dia bisa mendapat gaji bulanan, tetapi dengan dia bekerja di sini maka dia juga misalnya bisa membantu dunia bebas dari kelaparan karena misalnya perusahaannya punya beberapa aksi-aksi yang menyasar peningkatan kesejahteraan sosial," tuturnya kepada detikcom, Senin (3/4/2023).

"Kalau mereka tidak mendapatkan perasaan seperti itu, maka mereka akan memilih mencari perusahaan yang bisa membuat mereka merasa lebih bermakna," tambahnya.

Ketiga, kesadaran akan work life balance juga menjadi faktor yang menentukan orang-orang untuk pindah bidang pekerjaan. Menurut Devie, hal itu karena orang-orang di era digital sekarang banyak yang merasa kelelahan karena tidak adanya 'batas' dalam bekerja.

"Dulu waktu belum ada teknologi digital, jam 5 pulang aman. Sekarang, email kan bisa masuk jam 10 malam, 12 malam, lalu Anda punya klien di berbagai wilayah yang bisa menghubungi Anda jam 2 pagi. Jadi ini membuat generasi sekarang jauh lebih stres, jauh lebih lelah daripada generasi sebelumnya," ungkapnya.

Sementara itu, menurut Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Audi Lumbantoruan terdapat beberapa faktor yang menentukan seseorang melakukan career switch. Pertama, faktor ekonomi atau kebutuhan.

"Kadang-kadang mencari pekerjaan itu memang karena faktor kebutuhan, sehingga akhirnya pilihannya nggak ada. Misalnya dia tadinya tidak ingin (bekerja) jadi agen, tetapi karena iming-imingnya bagus, komisinya bagus, dia mau coba. Padahal ketika di dalam mungkin (pekerjaan itu) nggak segampang yang dia pikirkan," kata Audi.

Kedua, orang-orang tidak paham tentang pekerjaan yang ada di pasar. Ketidakpahaman tersebut, kata Audi, memicu keinginan untuk mencoba bidang yang baru.

"Ini sebenarnya bicara seperti waktu kita kuliah, sekolah, kita nggak terekspos dengan jenis-jenis pekerjaan tertentu," ujarnya.

Hal-hal tersebut sebenarnya dapat membuat permasalahan baru yaitu link and match yang tidak sesuai. Pekerjaan saat ini tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajari pada saat menempuh bangku sekolah maupun kuliah.

Di sisi lain, Pakar Bisnis Rhenald Kasali menilai banyaknya informasi terkait lowongan pekerjaan di sosial media bisa menjadi faktor utama generasi muda sering mengganti bidang pekerjaan.

Selain itu, terdapat kecenderungan orang yang kurang berkualitas bekerja di suatu perusahaan menengah, yang modalnya belum terlalu banyak tetapi membutuhkan banyak pekerja. Di perusahaan menengah, kata Rhenald, biasanya satu bidang pekerjaan bisa diisi hanya satu orang, sehingga orang tersebut harus multitasking.

"Sering kali mereka tidak bisa bekerja seperti itu. Kalau mereka tidak bisa seperti itu (multitasking), mereka seringkali tergoda dengan statement-statement di internet bahwa mereka ingin bekerja di tempat yang stabil, yang lebih work life balance, jadi mereka pikir di tempat lain ada lagi (pekerjaan baru)," tuturnya kepada detikcom.

Rhenald melanjutkan, faktor lainnya yaitu pekerja yang diberhentikan lebih awal dari perusahaan tempatnya bekerja. Sebab, keahliannya tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan di CV atau pada saat wawancara. Hal ini juga mempengaruhi keputusan anak-anak muda untuk mengganti bidang pekerjaan.

Lihat juga Video: Daftar Pekerjaan yang Akan Tergantikan oleh Robot






(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork