Momen setelah Lebaran kerap kali dijadikan waktu bagi banyak karyawan untuk mengundurkan diri atau resign dari tempat kerjanya. Hal ini sempat menjadi perbincangan menarik di media sosial Twitter.
"Siapaa yg ada rencana mau resign abis lebarann cung," cuit @worksfess yang dilihat detikcom, Kamis (13/4/2023).
Cuitan tersebut mendapat banyak balasan para pengguna Twitter yang mengungkapkan bahwa mereka memang ada rencana untuk mengundurkan diri dari tempat kerjanya saat ini. Namun, ada beberapa yang masih ragu untuk resign lantaran belum mendapat pekerjaan baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, kenapa banyak karyawan yang ingin resign setelah Lebaran?
Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Audi Lumbantoruan mengatakan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan karyawan resign setelah Lebaran. Jika dilihat konteksnya pada tahun ini, kata Audi, karena para karyawan sudah lama menahan diri untuk tidak mengundurkan diri sebab adanya pandemi COVID-19.
"Selama pandemi orang-orang nggak berani resign karena takut kehilangan pekerjaan, karena dia masih butuh tunjangan kesehatan, masih butuh uang bulanan," tuturnya kepada detikcom, ditulis Kamis (13/4/2023).
Setelah 3 tahun pandemi COVID-19, baru lah karyawan memberanikan diri untuk resign karena kondisi ekonomi perlahan sudah membaik dan mereka juga sudah diberikan tunjangan hari raya (THR), kenaikan gaji, maupun bonus sehingga sudah punya pegangan ketika resign nanti. Istilahnya, karyawan sudah 'puasa', menunggu lama untuk keluar dari pekerjaannya.
"Kalau dalam konteks general, yang ditunggu itu pendapatan THR sama pendapatan bonus. Jadi ini paling enggak, nggak boleh hilang 'sekecil apapun saya dapat lah', prorate atau gimana," ujarnya.
Alasan lainnya, biasanya karyawan ingin mengembangkan diri, mencari peluang atau kesempatan di tempat yang lain, hingga mencari pengalaman baru.
"Tapi biasanya kalau habis Lebaran banyak juga perusahaan yang cari orang-orang baru karena juga ditinggal karyawan-karyawan yang lama, biasanya terjadi di bulan Mei. Nah, di bulan-bulan ini atau awal bulan kemarin itu sudah banyak yang kirim 'surat cinta', pengunduran diri," ungkapnya.
Sementara itu, Pengamat Sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati menilai saat ini memang sedang terjadi 'The Great Resignation' atau banyaknya orang-orang yang berhenti bekerja. Di sisi lain, manusia di muka bumi semakin banyak tetapi belum semua manusia mampu memenuhi kebutuhan kualifikasi yang dicari oleh penerima kerja.
"Ketika ada talentnya oke, perusahaan belum sepenuhnya bertransformasi. Karena generasi baru ini punya tuntutan yang berbeda terkait misalnya culture pekerja, misalnya fleksibilitas waktu, WFO atau WFH, belum lagi kompensasi," ujarnya kepada detikcom.
Menurutnya, apabila perusahaan tidak dapat bertransformasi mengikuti perkembangan zaman, perusahaan tersebut yang akan rugi. Sebab, perusahaan tidak dapat bergerak tanpa adanya tenaga kerja.
"Ujungnya yang rugi industri, gimana mau bergerak kalau talentnya berhenti terus? Karena talent-nya masih belum puas, padahal nyari talent juga susah. Jadi, jangan pikir kita berhenti (kerja) terus gampang nyari kerja," paparnya.
(eds/eds)