Ini Ternyata Biang Kerok Penerimaan Bea Cukai Turun 3 Bulan Pertama 2023

Ini Ternyata Biang Kerok Penerimaan Bea Cukai Turun 3 Bulan Pertama 2023

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 19 Apr 2023 19:00 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Menteri Keuangan telah mengumumkan kinerja APBN kuartal pertama (Januari-Maret) 2023. Penerimaan kepabeanan dan cukai tercatat Rp72,24 triliun, merosot 8,93% dibanding kuartal I tahun lalu. Hal ini merupakan kali pertama penerimaan Bea Cukai kuartal I dalam enam tahun terakhir mencatat angka negatif.

Adapun yang mengalami penurunan ialah penerimaan cukai di sektor cukai hasil tembakau. Penerimaan cukai hasil tembakau kuartal I 2023 dibandingkan kuartal I 2022 terkoreksi 0,74% (year-on-year) menjadi hanya Rp55,24 triliun. Koreksi penerimaan cukai rokok disebabkan oleh penurunan produksi hasil tembakau dan maraknya fenomena downtrading dimana konsumsi rokok golongan 1 dengan cukai lebih mahal berpindah ke golongan cukai yang lebih rendah.

"Penerimaan cukai hasil tembakau turun akibat penurunan produksi Januari 2023 utamanya jenis sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM) golongan I. Produksi rokok golongan I turun sangat tajam sedangkan golongan III yang tarif cukainya paling rendah atau kenaikannya sangat kecil justru mengalami kenaikan jumlah rokok," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara keseluruhan, produksi rokok kuartal pertama 2023 tercatat sebesar 69,4 miliar batang atau turun 19,05%dibanding kuartal 1 2022. Penurunan terbesar terjadi di Golongan 1 dari 55.1 miliar batang ke 38,8miliar batang, anjlok 29,58% (yoy).Golongan 2 turun 12,4% ke 17,9 miliar batang. Sedangkan produksi rokok golongan III melonjak 24,68% menjadi 12,60 juta batang.

Sebelumnya, sejumlah analis juga telah mengingatkan bahwa downtrading di industri rokok akan marak seiring masih tingginya selisih tarif cukai antar-golongan.

ADVERTISEMENT

Analis Ciptadana Sekuritas Putu Chantika mencontohkan selisih tarif cukai rokok golongan I dengan golongan 2 di segmen SKM saat ini rata-rata Rp432 per batang. Padahal, tahun lalu selisih di antara keduanya hanya sebesar Rp385 per batang.

"Mengingat latar belakang ini, kami perkirakan downtrading akan terus berlanjut di tahun ini, menguntungkan pemain tier-2" ujarnya beberapa waktu lalu.

(fdl/fdl)

Hide Ads