Luhut Wanti-wanti Kenaikan Suhu, Singgung Dampak El Nino Bisa Kerek Inflasi

Luhut Wanti-wanti Kenaikan Suhu, Singgung Dampak El Nino Bisa Kerek Inflasi

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 26 Apr 2023 17:50 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan/Foto: KEMENKO MARVES
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan langsung melakukan rapat koordinasi dengan kementerian dan lembaga (K/L) di hari pertama usai libur Lebaran. Kenaikan suhu yang terjadi akhir-akhir ini jadi bahasan utama Luhut dalam rapat koordinasi hari ini.

"Hari pertama pasca libur Idulfitri, ada satu hal yang penting untuk saya koordinasikan setelah mendapatkan banyak pertanyaan sekaligus merasakan langsung mengapa akhir-akhir ini suhu di beberapa daerah terasa begitu tinggi," ungkap Luhut dalam unggahannya di Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (26/4/2023).

Luhut mengatakan Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia telah mengingatkan soal fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah telah berakhir. Sebagai gantinya fenomena El Nino yang membawa suhu menjadi tinggi kini mulai terjadi, sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan data yang kami dapatkan, suhu laut juga telah mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016 yang lalu. Belum lagi gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini," papar Luhut.

Dari pemodelan cuaca yang didapatkannya, nampaknya fenomena El Nino diprediksi menyentuh puncaknya pada Agustus 2023. Namun, dia bilang ketidakpastian tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi juga.

ADVERTISEMENT

Belajar dari pengalaman 2015 lalu yang terjadi di Indonesia, Luhut mengingatkan El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas dan juga kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah.

Kekeringan Picu Inflasi Pangan

Dampak-dampak yang terjadi juga berkorelasi terhadap turunnya produksi pertanian dan pertambangan berdasarkan data International Monetary Fund (IMF). Berkaca pada 2015 saja, diperkirakan 41% lahan padi mengalami kekeringan ekstrim pada tahun tersebut.

Hal itu menurutnya dapat memicu dampak inflasi Indonesia, dikarenakan besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan. Karena dengan turunnya produksi pertanian, bisa memicu kelangkaan bahan-bahan pokok di tengah masyarakat.

"Data World Food Programme bahkan menyebut bahwa 3 dari 5 rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan, dan 1 dari 5 rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan," ungkap Luhut.

Luhut menyatakan pemerintah akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun. Dia meminta semua kementerian lembaga sudah mulai melakukan perhitungan soal dampak kekeringan yang bisa terjadi di Indonesia sejak saat ini.

Dia juga menyinggung upaya modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi kekeringan imbas fenomena El Nino.

"Saya meminta seluruh K/L terkait juga Pemerintah Daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino," tegas Luhut.

"Mari kita semua tetap waspada dan saling menjaga di masa masa sulit seperti ini sehingga kerugian yang terjadi akibat peralihan cuaca bisa kita reduksi bersama demi kemaslahatan masyarakat Indonesia seluruhnya," tutupnya.

(hal/ara)

Hide Ads