Duh! Cuaca Panas Bisa Bikin Kekeringan, Sektor Pertanian Terancam

Duh! Cuaca Panas Bisa Bikin Kekeringan, Sektor Pertanian Terancam

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Minggu, 30 Apr 2023 22:00 WIB
Petani memanen padi di areal persawahan Desa Gumalar, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (8/4/2023). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksi total produksi beras pada musim puncak panen raya Maret hingga April 2023 mencapai 8,7 juta ton, produksi tersebut dihasilkan dari luas panen yang diprediksi mencapai 2,86 juta hektare. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.
Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Jakarta -

Gelombang panas yang terjadi di berbagai negara di dunia, belakangan ini turut mempengaruhi kondisi cuaca di Tanah Air. Diketahui bahwa saat ini Indonesia sudah diprediksi akan terkena cuaca panas tidak biasa lewat fenomena El Nino.

Adapun salah satu dampak dari cuaca panas ini dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya petani, adalah berkurangnya suplai air dan ancaman kekeringan. Padahal, sumber air yang memadai dan didukung infrastruktur yang baik sangat menentukan produksi pertanian.

"Ketersediaan air sangat penting untuk hasil pertanian dan memastikan keamanan pasokan makanan kita. Minum dan sanitasi, pertanian (perikanan, tanaman, dan peternakan), pengolahan makanan, dan penyiapan makanan semuanya bergantung pada air, oleh karena itu air harus memiliki kualitas dan kuantitas yang cukup," jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Mukhammad Faisol Amir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini tentu saja dapat meningkatkan risiko turunnya produktivitas pertanian hingga mengancam ketahanan pangan dan kelangsungan sektor pertanian. Bahkan beberapa hasil studi menyebut, dampak perubahan iklim pada sektor pertanian yang tidak melakukan adaptasi akan meningkatkan kebutuhan air hingga 40%.

"Meskipun Indonesia memiliki potensi sumber daya air terbarukan yang luar biasa, pasokan dan permintaan air seringkali tidak seimbang," tegas Mukhammad.

ADVERTISEMENT

Untuk itu ia berpendapat, Indonesia perlu secara proaktif mengambil pendekatan-pendekatan yang tepat sasaran dalam produksi pangan. Contohnya adalah manajemen penggunaan air dan sistem pertanian yang inovatif yang merupakan dua cara paling penting untuk mengatasi tantangan kelangkaan air.

Selain itu, menerapkan peraturan yang fokus untuk menjaga dan melestarikan sumber daya air adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan ini. Metode irigasi yang efektif juga dapat diterapkan untuk menghemat limbah dan meningkatkan hasil pertanian.

Lebih luas lagi, Mukhammad Faisol menyebut, sistem pertanian Indonesia sudah harus mulai bertransformasi menjadi resilien dan adaptif dalam menyikapi perubahan iklim.

"Banyak best practice sistem pertanian di daerah-daerah di Indonesia yang bisa diadaptasi di daerah lain. Mulai dari tata kelola irigasi dengan skema pembayaran jasa lingkungan, hingga penggunaan benih yang lebih tahan di lahan kering," pungkasnya.




(zlf/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads