Sementara itu, Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Audi Lumbantoruan mengatakan, kejadian 'memalak' calon karyawan banyak terjadi di berbagai industri, termasuk industri kesehatan. Menurutnya, biasanya kejadian ini menyasar perusahaan-perusahaan besar yang punya pabrik dan banyak outlet.
"Bahkan di rumah sakit sering banget. Ada PO Box dan ada harus pembayaran, ada proses, ternyata ketika ditagih, orangnya hilang, dan ternyata tidak ada penerimaan. Masalahnya seperti itu. Ini adalah celah penipuan, tindak kriminal," katanya, saat dihubungi terpisah.
Tips Menghindari Tipu-Tipu Berkedok Lowongan Kerja
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, yang perlu mendapat perhatian khusus ialah para calon pelamar. Apalagi, kerap kali kejadian tersebut menimpa pelamar dari golongan pendidikan rendah. Oleh karena itu, Audi menyampaikan sejumlah tips demi terhindar dari masalah ini.
Pertama, para calon pelamar perlu memperhatikan sistem dan alamat pendaftaran. Bahkan kalau memang diperlukan, para calon pelamar bisa bertanya ke perusahaan terkait apakah betul ada open rekrutmen.
"Ini biasanya kuncinya adalah rekrutmen manajer harus lebih teliti, ada nggak yang mengatasnamakan perusahaan demi mencari keuntungan sendiri," ujarnya.
Selanjutnya, masyarakat juga perlu memeriksa kembali persyaratan pelamaran. Calon pelamar juga perlu melakukan pengecekan ulang via saluran resmi perusahaan, seperti website hingga media sosial.
"Berikutnya, kalau ada perusahaan yang mencoba merekrut siapa tahu kenal orang dalem, cek dulu bener nggak orang HR sedang mencari pegawai baru," ujarnya.
Selain itu, ia juga menekankan, tidak mungkin sebuah perusahaan meminta biaya 'DP' kepada para calon pelamar. Kalaupun ada, hal tersebut dilarang dan berkemungkinan dilakukan oleh oknum. Adapun open rekrutmen ini biasanya dilakukan secara transparan.
"Kalau udah ada biaya, itu perlu dicurigai," kata Audi.
"Makanya kalau ketahuan ada penipuan, perusahaan harus menyelidiki, dimana dan siapa yang bertanggung jawab," tambahnya.
(dna/dna)