Viral Penipuan Loker Like and Subscribe YouTube, Ini Tips Menghindarinya

Viral Penipuan Loker Like and Subscribe YouTube, Ini Tips Menghindarinya

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Kamis, 11 Mei 2023 07:00 WIB
Telegram ilustrasi
Foto: Freepik/@syifa5610
Jakarta -

Penipuan dengan modus lowongan pekerjaan (loker) melalui WhatsApp maupun Telegram tengah marak terjadi. Lantas, apa yang harus dilakukan masyarakat agar tidak menjadi korban penipuan?

CEO Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah mengungkapkan ada beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat agar tidak menjadi korban penipuan. Pertama, jangan terlalu cepat tergiur dengan penawaran dengan iming-iming untung cepat.

"Sebenarnya simple, balik lagi ke diri kita masing-masing, jangan terlalu cepat tergiur penawaran apapun, apalagi dengan untung cepat, untung besar dari orang yang tidak kita kenal ataupun dari entitas yang tidak ada legalitasnya," ujarnya kepada detikcom, Rabu (10/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, cek lowongan kerja yang ditawarkan, apakah perusahaan yang menawarkan legal atau tidak. Sebaiknya, jangan langsung percaya ketika diajak untuk bergabung ke sebuah grup atau channel terkait pekerjaan yang ditawarkan.

"Jangan percaya informasi dengan gampang. Misalnya kita masuk-masuk ke channel atau grup messaging tertentu, habis itu kita lihat trafficnya, ada yang dapet komisi, ada bukti transfer, dan lain-lain, jangan percaya. Itu pasti bisa terjadi antar mereka (pelaku penipuan) yang melakukan itu, sehingga kita yang korban merasa percaya," paparnya.

ADVERTISEMENT

Ketiga, tingkatkan literasi soal modus-modus penipuan yang marak terjadi. Dengan banyak membaca, tentunya masyarakat akan mendapat banyak informasi terkait modus-modus penipuan yang ada.

"Dengan membaca artikel ini mestinya masyarakat jadi tahu bahwa informasi penawaran terlalu menarik ataupun channel-channel atau grup di messanging chat itu banyak yang nggak jelas, ya kita jangan suka ikut-ikutan cepat terpengaruh, cepat terpercaya, cepat terbujuk untuk melakukan hal-hal itu," paparnya.

"Kita harus pakai akal sehat kita, kita harus pertimbangkan secara detail apakah penawaran itu skema itu memang benar-benar legal dan masuk akal," lanjutnya.

Alasan Belum Bisa Diberantas

Ruby pun membeberkan alasan mengapa operasi seperti ini masih sulit diberantas, khususnya di Indonesia. Menurutnya, ada beberapa kendala yang menghambat operasi penipuan seperti ini sulit diberantas.

Pertama, belum banyak korban yang melapor secara resmi ke penegak hukum. Salah satu faktor yang membuat korban enggan melaporkan hal tersebut karena korban malu atau malas.

Kedua, jumlah sumber daya manusia (SDM) polisi yang terbatas, khususnya di bidang cyber crime. Ia mengatakan, jumlah polisi yang ada masih kalah dengan komplotan penipu.

"Mereka (jumlahnya) kalah dengan si organisasi kriminal cyber crime tadi. Kalah jumlah orang, kalah teknologi, akhirnya kalah cepat, kalah sigap, dan kalah teknologi sama si pelaku itu. Paling misalnya dari 100 operasional mereka (penipu) yang ketangkap atau yang bisa diberantas sama polisi cuma 5 atau 10 alias cuma 5-10%, sisanya masih tetap jalan," bebernya.

Ditambah lagi, menurutnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bisa membantu dalam pemberantasan modus-modus penipuan melalui sosial media. Sebab, hal tersebut masih termasuk ke ranah mereka.

"Ini kan masih ranah mereka dan mereka punya tim-tim di bidang itu. Dan juga Kominfo sesuai amanat Undang-undang ITE mereka ada PPNS, ada Penyidik PNS. Jadi orang Kominfo walaupun PNS punya wewenang seperti penyidik Polri, tapi khusus pelanggaran UU ITE," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, media sosial Twitter sempat ramai soal penipuan berkedok lowongan kerja. Korban penipuan tersebut mengaku sudah kehilangan uang sekitar Rp 21 juta.

Kejadian itu bermula dari adanya tawaran pekerjaan yang ia dapat dari WhatsApp yang diterimanya pada 1 Mei 2023. Mereka mengaku dari Accurate Creative, sebuah perusahaan media partner iklan dan pemasaran yang memiliki cabang di Amerika, Kanada, dan beberapa negara lainnya.

Adapun jobdesk pekerjaan yang ditawarkan adalah meningkatkan performa video di YouTube dengan memberikan like dan subscribe. Nantinya, akan ada kurang lebih 20 tugas like dan subscribe setiap harinya dan setiap menyelesaikan 3 tugas akan mendapat bonus Rp 15.000 yang dibayarkan langsung ke rekening bank.

"Ibarat naikin traffic akun pake bot tapi ini real user asli," cuit akun @Giarsyahsyifa, dikutip detikcom, Rabu (10/5/2023).

Setelah mengiyakan, korban pun langsung diundang ke grup telegram. Di dalam grup telegram tersebut, ada lebih dari 300 anggota. Setelah mengerjakan beberapa tugas, korban benar-benar mendapatkan bonus yang disebutkan di awal. Maka dari itu, ia tidak menaruh curiga pada perusahaan ini.

Hingga akhirnya ada yang namanya tugas peningkatan. Di tugas peningkatan tersebut, peserta diminta untuk menaikkan transaction rate di website crypto dengan cara deposit. Deposit tersebut akan diberikan bersamaan dengan reward yang didapat pada akhir nanti.

Nominalnya pun boleh memilih, mulai dari Rp 300-500 ribu dengan reward 20%. Korban pun mengikutinya karena peserta lain di grup juga melakukan hal yang sama. Dan benar saja, deposit dan rewardnya bisa langsung diambil setelah selesai mengerjakan tugas.

Akan tetapi, seiring dengan adanya peningkatan tugas, korban diminta untuk melakukan deposit dengan nominal yang lebih tinggi lagi. Korban mengaku telah melakukan deposit mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 14,7 juta. Karena telah melakukan deposit dengan jumlah yang cukup besar, korban pun dimasukkan ke grup 'VIP' di Telegram.

Akan tetapi, setelah melakukan deposit Rp 14,7 juta, korban diminta untuk deposit lagi sebesar Rp 30 juta sebagai 'tugas akhir' sebelum mengambil hasil deposit dan bonus. Jika tidak ada deposit, maka uang yang telah didepositkan tidak akan bisa diambil.

Karena merasa dirugikan, korban pun melapor ke polisi setempat dan memblokir sejumlah rekening yang digunakan oleh penipu tersebut.



Simak Video "Video: Terbongkar Sindikat Love Scam di Bali, Pelaku Pura-pura Jadi Model Cantik"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads