Fakta-fakta Flu Babi Afrika Merebak di RI

Fakta-fakta Flu Babi Afrika Merebak di RI

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 11 Mei 2023 08:00 WIB
Potret Peternakan Babi di Jayapura
Peternakan babi/Foto: Muhammad Ridho

3. Harga Babi Merosot

Hari mengatakan untuk harga babi hidup di Jakarta sekarang turun dari Rp 53.000 sampai Rp 55.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 48.000/kg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Jakarta umumnya harga babi hidup Rp 53.000 sampai Rp 55.000. Nah sekarang di Jakarta Rp 48.000. Jauh di bawah harga normal," jelasnya kepada detikcom.

Menurutnya penurunan harga itu disebabkan karena ada temuan virus flu babi Afrika, namun bukan dipicu kasus di Pulau Bulan, Batam. Hari menjelaskan temuan kasus flu babi afrika tahun ini pertama ditemukan di Sulawesi.

ADVERTISEMENT

"Ini bisa turun karena ada beberapa kasus di Indonesia terkait dengan ASF, wilayah mana yang mempengaruhi? Adalah Sulawesi, sempat kita berpikir kasus di Pulau Bulan menjadi memperparah situasi," lanjutnya.

Sementara harga babi di bali sendiri juga telah menurun dari normalnya Rp 45.000 per kilogram (kg) kini menjadi Rp 33.000/kg. Hari mengatakan harga babi di Bali juga sulit naik karena pengaruh kasus ASF dan harga di Jakarta yang belum naik.

"Normal harga babi hidup di Bali Rp 45.000, sempat Rp 40.000, kemudian karena ada meningitis peternak mulai panik dalam dua hari sudah jatuh Rp 33.000. Sekarang Bali sedang susah payah mengangkat Rp 40.000 ditimpa lagi kasus Pulau Bulan," tuturnya.

"Kenapa Bali juga tidak bisa naik? Karena Bali juga dipengaruhi oleh Jakarta sebagai barometer harga di Indonesia," ujarnya.

4. Flu Babi Afrika Tak Menular ke Manusia

Kembali ke Kementan, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa Putra mengatakan virus tersebut menular cepat ke sesama babi.

"Iya enggak menular (ke manusia cuma ini penularan cepat sesama babi," katanya.

Untuk itu, Kementan sendiri melalui Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma atau BBVF Pusvetma adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencegah penularan tersebut dengan memberikan serum dan penguat antibodi kepada babi yang sehat.

"(Memberikan) untuk serum, memberikan penguatan antibodi pada hewan yg sehat dan babi supaya tidak terjangkit ASF. ASF kan pengendaliannya nggak mudah, belum ada vaksin dan di kompartemen sudah dilakukan bius yg ketat," jelasnya.

Senada, peternak babi juga mengatakan flu babi afrika (ASF) tidak akan menimbulkan penyakit pada manusia. Dengan demikian, apabila ada masyarakat yang tak sengaja mengonsumsi daging babi yang terjangkit virus tersebut, orang tersebut akan tetap aman.

"Anggaplah kita makan yang terkontaminasi, tidak akan bikin manusia sakit. Misalnya babi yang terkontaminasi itu tidak timbul gejala klinis, lalu kemudian dipotong dan tak sengaja dimakan manusia, masih tetap aman. Jadi berbeda dengan meningitis. kalau ASF yang fatal itu di sesama babinya," terang Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa.

Hari penyakit ASF terbilang cukup berbahaya bagi babi antaran daya bunuhnya terhadap hampir 100%. Radius penularan penyakit sekitar 3 km.

"Kalau seberapa berbahayanya dalam konteks mortalitas terhadap babi sendiri hampir 100% daya bunuhnya. Kalau satu kandang itu bisa habis semua. Karena belum ada obatnya, tidak ada vaksinnya," pungkasnya.



Simak Video "Video: Pemerintah Akan Bikin Satgas Penanganan Demam Babi Afrika"
[Gambas:Video 20detik]

(ada/zlf)

Hide Ads