Inflasi Masih Dua Digit, Ekonomi Inggris Tumbuh 0,1%

Inflasi Masih Dua Digit, Ekonomi Inggris Tumbuh 0,1%

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 12 Mei 2023 18:00 WIB
Uang kertas pertama bergambar Raja Charles III akan mulai diedarkan di Inggris pada pertengahan 2024. Begini penampakannya.
Foto: dok. flickr.com
Jakarta -

Inggris mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% selama kuartal I atau tiga bulan pertama di 2023. Namun negara berikon Big Ben ini harus menghadapi kenyataan pahit, di mana ekonominya tiba-tiba menyusut tajam 0,3% pada bulan Maret.

Pertumbuhan ini terjadi tatkala Inggris masih dilanda inflasi tinggi hingga dua digit. Meski pertumbuhan kuartal I tersebut sesuai dengan yang diprediksikan sebelumnya, namun kontraksi ini menunjukkan betapa rapuhnya perkembangan ekonomi di negara itu.

Sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (12/5/2023), berdasarkan survei yang dilakukan Reuters kepada sejumlah ekonom, sebagian besar memperkirakan pertumbuhan kuartalannya mencapai 0,1%, tetapi mereka memperkirakan output akan tetap stabil di bulan terakhir kuartal tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Meskipun peluncuran pelat nomor baru, penjualan mobil rendah dengan standar bersejarah melanjutkan tren yang terlihat sejak awal pandemi dengan pergudangan, distribusi dan ritel juga memiliki bulan yang buruk. Kami berharap bahwa pemerintah akan terus meningkatkan kesejahteraan rakyat," kata Darren Morgan dari Kantor Statistik Nasional.

Kini, ekonomi Inggris tetap 0,5% lebih rendah dibandingkan dengan besarannya pada kuartal keempat 2019, tak lama sebelum pandemi COVID-19 melanda. Pandemi membuat ekonomi Inggris jatuh cukup dalam dibanding dengan ekonomi negara maju lainnya.

ADVERTISEMENT

"Dengan sisi layanan kunci dari ekonomi yang terus melambat dalam menghadapi biaya pinjaman yang lebih tinggi dan harga yang naik, masih terasa seperti kami kembali berjalan melalui treacle," kata Direktur Investasi Pribadi Fidelity International, Tom Stevenson.

"Dengan inflasi masih dalam angka ganda, rasanya secara depresi kembali mengulang stagflasi di 1970-an," tambahnya.

Bahkan, angka pertumbuhan ekonomi Inggris pada Maret 2023 ini hanya selisih 0,1% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2020. Yang mana pada kala itu pandemi COVID-19 masih melanda.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Menurut Ekonom KPMG Yael Selfin, kondisi ekonomi yang melemah pada bulan Maret ini menggarisbawahi kerapuhan walaupun terdapat penurunan pada harga grosir energi. Penurunan ini meningkatkan kondisi rantai pasokan, serta kepercayaan konsumen yang juga telah pulih dari kondisi terendahnya dalam beberapa tahun ke belakang.

"Sementara resesi mungkin tidak lagi pada kartu, kerentanan yang disebabkan dari peningkatan biaya pinjaman dan kredit yang lebih ketat kemungkinan untuk meredam kegiatan bisnis dan rumah tangga tahun ini," kata Selfin.

Bank of England memperkirakan pada hari Kamis lalu, ekonomi Inggris akan tumbuh 0,25% pada tahun 2023 secara keseluruhan. Meski prediksi pertumbuhan tersebut lemah, tetapi ada peningkatan dari prediksi sebelumnya yakni kontraksi 0,5%.

Sementara itu, tingkat inflasi Britania mencapai 10% pada bulan Maret. Angka ini dua kali lipat dari Amerika Serikat dan lebih tinggi dari zona euro juga. Inggris juga berjuang dengan pasar tenaga kerja yang ketat, serangkaian kenaikan suku bunga dan efek pasca Brexit.


Hide Ads