Inggris mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% selama kuartal I atau tiga bulan pertama di 2023. Namun negara berikon Big Ben ini harus menghadapi kenyataan pahit, di mana ekonominya tiba-tiba menyusut tajam 0,3% pada bulan Maret.
Pertumbuhan ini terjadi tatkala Inggris masih dilanda inflasi tinggi hingga dua digit. Meski pertumbuhan kuartal I tersebut sesuai dengan yang diprediksikan sebelumnya, namun kontraksi ini menunjukkan betapa rapuhnya perkembangan ekonomi di negara itu.
Sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (12/5/2023), berdasarkan survei yang dilakukan Reuters kepada sejumlah ekonom, sebagian besar memperkirakan pertumbuhan kuartalannya mencapai 0,1%, tetapi mereka memperkirakan output akan tetap stabil di bulan terakhir kuartal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meskipun peluncuran pelat nomor baru, penjualan mobil rendah dengan standar bersejarah melanjutkan tren yang terlihat sejak awal pandemi dengan pergudangan, distribusi dan ritel juga memiliki bulan yang buruk. Kami berharap bahwa pemerintah akan terus meningkatkan kesejahteraan rakyat," kata Darren Morgan dari Kantor Statistik Nasional.
Kini, ekonomi Inggris tetap 0,5% lebih rendah dibandingkan dengan besarannya pada kuartal keempat 2019, tak lama sebelum pandemi COVID-19 melanda. Pandemi membuat ekonomi Inggris jatuh cukup dalam dibanding dengan ekonomi negara maju lainnya.
"Dengan sisi layanan kunci dari ekonomi yang terus melambat dalam menghadapi biaya pinjaman yang lebih tinggi dan harga yang naik, masih terasa seperti kami kembali berjalan melalui treacle," kata Direktur Investasi Pribadi Fidelity International, Tom Stevenson.
"Dengan inflasi masih dalam angka ganda, rasanya secara depresi kembali mengulang stagflasi di 1970-an," tambahnya.
Bahkan, angka pertumbuhan ekonomi Inggris pada Maret 2023 ini hanya selisih 0,1% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2020. Yang mana pada kala itu pandemi COVID-19 masih melanda.
Bersambung ke halaman selanjutnya.