Ekonomi RI Diramal Makin Moncer 2023, Tumbuh di Atas 5%

Ekonomi RI Diramal Makin Moncer 2023, Tumbuh di Atas 5%

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 15 Mei 2023 16:38 WIB
BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2023 mencapai 5.03%. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 5,02%.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Citibank Indonesia (Citi Indonesia) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI pada 2023 ini akan tembus di atas angka 5%. Optimistis ini didukung dengan resiliensi RI dalam menghadapi tekanan global, salah satunya melalui penjualan komoditas logam dasar tambang.

Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan, pihaknya melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan berada sedikit di atas angka 5%. Angka ini sedikit meningkat dari proyeksi sebelumnya

"Tapi sekarang kami lebih yakni akan sedikit di atas 5%," kata Helmi, dalam konferensi pers di Alila Hotel SCBD, Jakarta Selatan, Senin (15/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Helmi menilai, langkah reformasi struktural perekonomian RI memiliki peran penting dalam memberikan bantalan terhadap gejolak-gejolak yang datang dari luar dan masih belum stabil kondisi globalnya. Dalam hal ini, diproyeksikan ekonomi global akan mengalami penurunan pada 2024.

"Ini terkait dengan perkiraan kami akan terjadinya resesi di Amerika awal tahun 2024, dan juga di tahun 2024 perekonomian global masih menghadapi ancaman dari proses deindustrialisasi yang sedang terjadi di Eropa," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Kondisi tersebut sangat mempengaruhi angka ekspor RI yang mengalami penurunan secara year-on-year (yoy) di beberapa komoditas, antara lain tekstil, sepatu, hingga barang tambang. Begitu pula dengan commodities term of trade yang mulai menunjukkan penurunan dibandingkan posisinya di semester II 2022 lalu.

Meski terjadi penurunan, peningkatan nilai sejumlah komoditas ekspor mulai dari sawit hingga logam dasar yang cukup signifikan mampu membuat kondisi berbalik sehingga perolehan ekspor RI masih mampu menyeimbangkan dari pengeluaran untuk barang-barang impor seperti minyak dan bensin yang juga mengalami kenaikan.

"Memang ekspor kita di sejumlah sektor menghadapi tantangan. Tapi dengan untungnya reformasi struktural di negara kita berjalan terus, sehingga ada ekspor-ekspor produk yang baru muncul beberapa tahun ini, seperti ekspor logam dasar, ini masih terus berlanjut dan memberikan bantalan terhadap penurunan ekspor di sektor lain," terangnya.

Salah satu contohnya ialah ekspor logam dasar berupa nikel, yang secara volume atau secara riil mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Selain itu, pihaknya juga optimis pasar domestik akan menunjukkan peningkatan positif menuju normalnya di kisaran 5%, walaupun saat ini kondisinya masih di kisaran 3,5%, belum kembali ke normal.

"Ke depannya kami melihat permintaan domestik ini masih akan meningkat. Pertama, tingkat inflasi momentumnya mulai menurun sejak beberapa bulan lalu, seiring penurunan harga beberapa komoditas dunia, masuk September nanti ini inflasi malah akan memasuki sekitar 3%," ujarnya.

Selain itu, kegiatan pariwisata juga berangsur kembali normal seiring dengan penghapusan pembatasan perjalanan. Lalu, peningkatan ekonomi juga akan ditunjang oleh gelaran Pemilu 2024.

"Jelang 2024, berkaca dari 5 tahun lalu, biasanya ada percepatan proyek-proyek infrastruktur menjelang pergantian permintaan. Ini juga mungkin ke depannya akan menjadi penopang normalisasi perekonomian domestik," pungkasnya.

(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads