Toko Buku Gunung Agung dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Hal ini diungkap oleh Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK) Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diterima detikcom, ASPEK Indonesia yang merupakan induk organisasi dari Sertifikat Pekerja PT GA Tiga Belas (SP Gunung Agung) telah mendapat laporan pengaduan dan permohonan advokasi terhadap kasus PHK massal secara sepihak.
Presiden ASPEK Indonesia Mirah Sumirat mengungkapkan PHK sepihak dan massal yang dilakukan oleh manajemen Toko Buku Gunung Agung tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baik secara proses maupun terkait dengan hak-hak normatif yang wajib dibayarkan oleh perusahaan. Mirah mengatakan diperkirakan ada 220 pekerja Gunung Agung telah di-PHK secara sepihak sejak tahun 2020 sampai 2022.
Berlanjut di Tahun 2023
PHK sepihak dan massal diketahui akan masih berlanjut di tahun 2023 ini, dan diperkirakan menelan korban mencapai 350 pekerja.
"Ironisnya para pekerja yang di-PHK tersebut, tidak mendapatkan hak-hak sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, karena hanya diberikan kompensasi sebesar 1 bulan gaji," ungkap Mirah dalam keterangannya, Jumat (19/5) kemarin.
Dia menambahkan selama bertahun-tahun, manajemen Toko Buku Gunung Agung telah mempekerjakan pekerja kontrak yang tidak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pekerja dikontrak berulang-ulang, dengan masa kerja yang terus-menerus.
Sejarah Gunung Agung
Gunung Agung merupakan salah satu perintis toko buku dan alat tulis di Indonesia. Jaringan toko buku yang satu ini diketahui sudah berdiri sejak 1953 silam.
Melansir dari situs resmi perusahaan, pada awalnya jaringan toko buku ini merupakan sebuah kios buku, majalah, dan koran dengan nama kemitraan Thay San Kongsie yang terletak di Jakarta Pusat. kios itu sendiri pertama kali didirikan oleh Tjio Wie Tay alias Haji Masagung (1927-1990).
Seiring perkembangan bisnis yang semakin besar dan kompleks di masa-masa pasca kemerdekaan RI ini, Haji Masagung kemudian mendirikan perusahaan baru yang menerbitkan dan mengimpor buku, bernama Firma Gunung Agung. Perusahaan itu kemudian terus berkembang dengan dukungan para penyair, penulis, cendekiawan, dan para jurnalis.
Tidak berpuas diri, berbekal keinginan untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, Haji Masagung kemudian menyelenggarakan pameran buku pertama di Indonesia pada tahun 1954 yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
Pada tahun-tahun berikutnya, Haji Masagung terus mengembangkan perusahaan hingga menjadi salah satu jaringan toko buku terbesar di Tanah Air seperti saat ini.
Memasuki milenium baru, perusahaan memperluas lini produknya dengan alat tulis, kebutuhan sekolah, barang mewah, barang olahraga, alat musik, otomatisasi/peralatan kantor, dan produk teknologi tinggi.
Saat ini, perusahaan sendiri telah mengoperasikan empat belas toko di sepuluh kota besar di pulau Jawa dengan area penjualan gabungan lebih dari 28.000 meter persegi.
(kil/fdl)