Pemerintah meyakini minat investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia akan tinggi di tahun depan meski ada pemilihan umum (pemilu). Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menerangkan kondisi tersebut dipastikan akan berbeda dengan pemilu sebelumnya, di mana investor cenderung khawatir.
Febrio mengatakan Indonesia memiliki daya tarik sendiri hingga menjadi incaran investor asing. Daya tarik itu adalah pertumbuhan ekonomi beberapa tahun belakangan tumbuh baik. Di waktu bersamaan, investor juga tengah merelokasikan investasinya dari China ke negara lain.
"Salah satunya Indonesia, Indonesia karena kita mengelola ekonominya 2-3 tahun dengan sangat baik, sehingga dibandingkan dengan banyak negara, Indonesia dan India menjadi stand out dan sangat bright spot," katanya dalam Taklimat Media BKF, di Kantor Kemenkeu, Rabu (31/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan kinerja ekonomi baik dan tata kelola fiskal yang kredibel membuat investor masuk (ke Indonesia)," lanjutnya.
Menurut Febrio saat ini investor melihat Indonesia menjadi pilihan untuk menanamkan modalnya. Ia mencontohkan, biasanya investor banyak mengincar Amerika Serikat (AS) sebagai ladang investasinya, tetapi kini dan ke depan tidak lagi.
"Melihat risiko Indonesia lebih baik dari risiko lain. Tadinya (investor) mau kembali ke AS 'kenapa nggak milih Indonesia dan India'. Ini yang membuat rupiah kita tidak depresiasi malah apresiasi ini yang menyebabkan saat seluruh negara suku bunga naik, AS naik Jepang naik, Malaysia naik, Indonesia justru turun, suku bunga 10 tahun 6,3%. Peluang menurunkan masih tetapi kita akan tetap hati-hati," jelasnya.
Febrio memastikan, kondisi investasi di tahun ini dan 2024 akan berbanding terbalik dari pemilu sebelumnya yang biasanya melambat. Sementara tahun depan justru akan cenderung meningkat.
"Biasanya analisis teman-teman di pasar bilang kalau lagi masa pemilu investasi akan melambat, karena wait and see, tahun ini mungkin agak berbeda," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga menyampaikan hal yang sama. Ia meyakini tingkat investasi di Indonesia tahun pemilu 2024 tidak akan menurun.
"Yang saya lihat tidak selalu seperti itu (investasi menurun). Jadi kalau misalnya investor melihat bahwa kondisinya itu sudah bisa diperkirakan, ya mereka sudah masuk duluan, jadi mereka nggak mau ketinggalan," jelasnya.
"Saya melihat ini cukup baik terutama untuk investment saya enggak melihat itu jadi faktor yang negative. Kalau saya lihat 20 tahun terakhir political stability kita cukup terjaga, satu hal positif yang bisa kita jual ke investor yaitu political stability," tutupnya.
(ada/zlf)