Kenaikan harga telur ayam belakangan ini menjadi sorotan karena telah tembus lebih dari Rp 30.000 per kilogram. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyebut, harga telur ayam saat ini memang tidak bisa semurah sebelumnya Rp 23.000/kg. Mengapa demikian?
Arief mengatakan kebutuhan untuk para peternak ayam petelur juga sudah mengalami kenaikan, terutama harga pakan. Saat ini harga telur ayam sudah tembus Rp 29.000/kg secara nasional.
"Misalnya harganya (harga telur ayam) sama tahun lalu Rp 23.000 lagi, BBM naik, pakan naik, pupuk jagung naik, nggak bisa. Ini bukan Indonesia saja, tetapi ini dunia juga," katanya kepada detikcom, ditulis Jumat (2/6/2023).
Harga pakan telah meningkat karena kini harga jagung naik menjadi lebih dari Rp 6.000 per kg, lebih tinggi dari biasanya Rp 5.000/kg. Jagung sendiri menjadi bahan utama pakan ayam petelur sebesar 50% sampai 55%.
"Kenaikan harga telur disebabkan karena kenaikan harga pakan, kenaikan harga pakan hari ini Jagung di atas Rp 6.000 per kg, dari biasanya Rp 5.000/kg. Jagung berkontribusi 50-55% dari pakan," jelasnya.
"Harga telur ayam Rp 27.000 saat harga jagung Rp 5,0000. Jadi harga ayam harga telur berbanding lurus dengan harga jagung," tambahnya.
Arief menjelaskan, jika telur ditekan untuk turun lagi ke angka Rp 23.000 atau Rp 24.000/kg, peternak ayam akan semakin menderita. Pasalnya, kondisi peternak telur sudah banyak yang gulung tikar karena rugi, harga produksi semakin meningkat tetapi pendapatan sedikit.
Ia menerangkan, peran pemerintah bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saja tetapi juga harus membantu tingkat hulunya seperti peternak. Jadi, pemerintah ingin memberikan kesempatan para peternak untuk pulih kembali.
"Jangan kita egois di hilir tetapi hulunya dimatiin, nanti misalnya harganya Rp 24.000, bisa kita kerjain intervensi Rp 22.000. Tetapi peternaknya nanti gak mau, peternaknya bangkrut lebih bahaya lagi masa telur aja harus impor. Risikonya akan lebih besar," tegasnya.
Makanya harga acuan telur ayam pun telah ditingkatkan sejak tahun lalu menjadi Rp 27.000 per kilogram. Harga acuan ini bukan batasan tertinggi untuk telur ayam, tetapi hanya harga ideal jadi di pasaran bisa lebih tinggi atau lebih rendah.
Itu sebabnya ada variatif harga telur ayam di pasaran. Menurutnya variatif harga itu disebabkan juga karena rantai pangan di pasar cukup banyak.
"Hari ini harga telur secara nasional Rp 29.000, turunannya lagi bisa Rp 32.000, Rp 30.000 tergantung pasar turunannya. Itu pasar induk pasti lebih murah, pasar turunannya lagi lebih mahal lagi, masuk supermarket lebih mahal lagi. Tetap harga acuannya Rp 27.000, itu bisa lebih di bawah atau di atas tergantung wilayahnya," tuturnya.
Bagaimana jika masyarakat menjerit karena harga telur ayam naik?
Arief pun mengatakan bahwa pemerintah telah memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak akan kenaikan harga telur ini. Bantuan itu melalui program Penanganan Stunting yang menyasar 1,4 Keluarga Risiko Stunting (KRS).
"Yang merasa mahal itu adalah masyarakat menengah ke bawah, kita sudah berikan bantuan melalui program Penanganan Stunting," ujarnya.
Program itu disalurkan selama tiga bulan ke depan mulai April, Mei, dan Juni 2023. Adapun penyaluran bantuan pangan stunting dijalankan Badan Pangan Nasional bersama Holding BUMN Pangan ID FOOD, menyalurkan masing-masing ayam ukuran 1 ekor dalam bentuk karkas dengan ukuran sekitar 0,9-1,1 kg, dan 1 tray telur ayam atau sebanyak 10 butir telur.
(ada/das)