Kecelakaan besar perkeretaapian terjadi di India Jumat 2 Juni 2023 kemarin. Kurang lebih ada sekitar 288 orang tewas dan 800 orang lebih terluka dalam tabrakan yang melibatkan sejumlah gerbong kereta api di Negara Bagian Odisha, India bagian timur itu.
Direktur Eksekutif INSTRAN Deddy Herlambang menyatakan ini merupakan kecelakaan kereta api terburuk di abad ini. Dalam catatannya, Deddy mengatakan kejadian kecelakaan tersebut dapat dijadikan pelajaran berharga bagi operasional perkeretaapian di Indonesia.
Pasalnya, menurut Deddy kondisi dan teknologi perkeretaapian Indonesia dengan India juga tidak berbeda jauh dengan India.
"Kedua negara merupakan pengguna kereta heavy rail konvensional, bukan MRT dan LRT, yang masih menggunakan Grade of Automation level 0 (GoA 0) yang tanpa ATP (Automatic Train Protection)," sebut Deddy Herlambang dalam catatannya yang dikutip, Senin (5/6/2023).
Deddy menyebutkan kecelakaan kereta api seperti di India dapat terjadi di negara manapun bila standar GoA-nya masih level 0 atau tanpa ATP. Dalam kecelakaan di India, ada kereta api yang anjlok dan terguling melintang di rel lalu di saat yang sama ditabrak kereta dari arah berlawanan dari rel ganda.
Menurutnya, di Indonesia kejadian ini sangat rawan dan bisa saja terjadi di rel ganda atau di dwi rel ganda seperti petak Jatinegara - Bekasi.
Deddy menyebutkan mitigasi risiko kecelakaan ada 2 jenis, yakni mitigasi aktif dan pasif. Mitigasi aktif berupa peralatan untuk mencegah tabrakan, misalnya penerapan sistem ATP yang dipasang di tiap kereta.
"Di Indonesia sangat perlu untuk naik level keselamatan kereta api minimal menggunakan ATP, sehingga bila terjadi gangguan persinyalan atau ada rintangan jalur kereta api akan berhenti sendiri secara otomatis atau manual," beber Deddy.
Sementara itu, mitigasi pasif untuk meminimalisir kerugian, khususnya korban jiwa bila terjadi tabrakan dapat dilakukan dengan membuat kereta api memiliki struktur crashworthiness alias struktur kendaraan yang dapat melindungi penumpang.
Fokus Benahi KRL
Menurut Deddy, yang paling perlu saat ini adalah menaikkan kelas level keselamatan di layanan kereta yang wilayah operasi yang padat lalu lintasnya. Misalnya seperti kereta api di wilayah Jabodetabek karena terdapat perjalanan kereta api antar kota dan KRL.
"Naik kelas level keselamatan di perkeretaapian minimal dapat dilakukan prioritas di wilayah operasi yang padat lalu lintas kereta api nya seperti di wilayah Jabodebek karena terdapat perjalanan kereta api antar kota dan KRL," ungkap Deddy
Deddy juga mengungkapkan sistem Clearance Disorder Detector (CDD) juga harus mulai dipasang di sarana dan prasarana perkeretaapian di Indonesia. Sistem ini akan berfungsi jika tertimpa kereta yang anjlok pada arah rel sebelahnya seperti kecelakaan kereta api di India.
CDD ini juga telah terpasang di MRT Jakarta. Jadi bila CDD tersebut tersentuh kereta api yang anjlok, kereta api yang datang berlawanan arah akan berhenti otomatis atau manual oleh masinis.
Simak Video: Terkuak Penyebab Kecelakaan Maut Kereta India yang Renggut 275 Nyawa
(hal/eds)