AS Lolos dari Ancaman Gagal Bayar Utang tapi Masih Simpan 'Bom Waktu'!

AS Lolos dari Ancaman Gagal Bayar Utang tapi Masih Simpan 'Bom Waktu'!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 07 Jun 2023 07:14 WIB
The U.S. Capitol is seen between flags placed on the National Mall ahead of the inauguration of President-elect Joe Biden and Vice President-elect Kamala Harris, Monday, Jan. 18, 2021, in Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Jakarta -

Partai Republik dan Demokrat Amerika Serikat (AS) dinilai terlalu menggembar-gemborkan keberhasilan mengangkat plafon utang. Kesepakatan itu dinilai hanya membuat AS terhindar sementara dari bencana gagal bayar utang.

Pengamat menilai hal itu tidak menghambat penumpukan utang AS yang melebihi US$ 50 triliun dalam satu dekade. Kesepakatan itu diprediksi gagal menyelamatkan AS dari kekurangan pendapatan, imbas besarnya alokasi kesehatan dan pensiun.

Populasi AS saat ini semakin menua. Selain itu, Kongres gagal untuk menaikkan pajak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika Anda khawatir tentang masalah defisit dan utang, hal ini tidak ada artinya," kata Dennis Ippolito, seorang profesor kebijakan publik dan ahli fiskal di Southern Methodist University, dikutip dari Reuters, Selasa (6/6/2023).

Kesepakatan untuk menangguhkan pagu utang AS yang sebesar US$ 31,4 triliun hingga Januari 2025 membuat pengeluaran diskresioner non-pertahanan AS sebagian besar datar tahun ini, atau meningkat 1% pada tahun fiskal 2024. Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan ini akan menghemat US$ 1,3 triliun selama satu dekade.

ADVERTISEMENT

Namun penghematan itu mungkin menjadi ilusi, karena Kongres bebas mengabaikan batas pengeluaran yang ditentukan sendiri dalam waktu dua tahun. Selain itu, pemotongan pajak yang disahkan oleh Partai Republik pada 2017 berakhir sesuai jadwal pada 2025, meski partai tersebut mendorong untuk memperpanjangnya.

Lebih buruk lagi, suku bunga yang lebih tinggi mendorong biaya layanan utang pemerintah. CBO memproyeksikan jumlahnya akan naik tiga kali lipat menjadi US$ 1,4 triliun pada 2033, jauh melebihi anggaran pertahanan yang diproyeksikan pada saat itu.

Sebelumnya dalam negosiasi batas utang AS, Presiden Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy bersumpah untuk tidak menyentuh pendorong utama utang negaranya. Adapun yang dimaksud adalah biaya pensiun, jaminan sosial dan tunjangan kesehatan Medicare.

CBO menyebut Biaya Jaminan Sosial diproyeksikan meningkat sebesar 67% pada tahun 2032, dan program kesehatan Medicare untuk manula akan menelan biaya hampir dua kali lipat selama periode itu. Manula atau orang yang berusia 65 tahun atau lebih tua menduduki 46% populasi AS, naik dari 34% tahun ini.

Kedua program ini menyumbang sekitar 37% dari pengeluaran federal. Program lain untuk veteran dan masyarakat berpenghasilan rendah mendorong pengeluaran jaring pengaman hingga lebih dari setengah anggaran.

Sebelumnya, kongres AS meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang didukung Presiden Joe Biden untuk menaikkan plafon utang AS sebesar US$ 31,4 triliun. RUU telah ditandatangani Joe Biden sehingga meloloskan AS dari gagal bayar utang.

RUU untuk mengangkat plafon utang AS disetujui pada Rabu dengan 63 dukungan dan 36 penolakan. Anggota parlemen berpacu dengan waktu setelah pertengkaran berbulan-bulan antara partai Demokrat dan Republik.

Biden memuji tindakan tepat waktu Kongres. Dengan undang-undang ini, batas undang-undang pinjaman federal akan ditangguhkan hingga 1 Januari 2025.

Lihat Video 'Silicon Valley Bank Bangkrut Bikin Industri Teknologi Dunia Ketar-ketir':

[Gambas:Video 20detik]



(das/das)

Hide Ads