Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong pengembangan integrated farming kawasan hortikultura di Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar). Upaya ini dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang subur untuk memacu produksi komoditas pertanian.
Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus sebagai upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim.
"Saya bersama Pak Bupati, Pak Gubernur akan mendorong sebuah konsepsi integrated farm dengan bermacam- macam jenis komoditas pertanian yang coba didorong dalam sebuah konsepsi yang tertata dan ini akan sangat dibutuhkan. Tidak hanya Sumatera Barat, tapi juga untuk bangsa ini menghadapi climate change, menghadapi el nino," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (15/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut ia sampaikan usai menghadiri cara panen bawang di Desa Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Rabu (14/6) kemarin.
Dia menyebur Kabupaten Solok memiliki alam yang bagus, terdiri dari danau dan pegunungan. Serta memiliki jumlah petani yang cukup banyak untuk mengolah lahan pertanian.
"Oleh karena itu pemerintah yang agresif seperti Pak Bupati dan Pak Gubernur. Saya kagum melihat langkah yang ada di Solok, di Sumatera Barat yang begitu cepat dalam 2 tahun bisa mengimbangi petani-petani yang ada di Jawa," ujarnya.
"Karena bagaimana petani-petani di Jawa sangat agresif dan terkooperasi dengan baik dan saya ketemu itu di Solok," tambahnya.
Di sisi lain dia menjelaskan kegiatan panen bawang merah yang baru dilakukan menjadi salah satu upaya gerakan penyediaan bawang merah di Indonesia sepanjang tahun.
"Kita nggak usah ragu, air tidak pernah surut yang ada di Solok ini dan kita panen bawang merah dan bawang menjadi kebutuhan yang sangat serius untuk menjaga inflasi tidak terlalu besar dari negeri ini," tuturnya.
Sementara itu, Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan pendampingan budidaya bawang merah telah dilakukan pada lahan seluas 12.000 hektare di Desa Sungai Nanam.
Diketahui luas tanam bawang merah Solok bertambah pesat. Dari yang semula berkisar 5.000 hektare di tahun 2016, kini mencapai 12.000 hektare.
Adapun produksi tahun 2022 lalu mencapai 188.563 ton, yang menembus ranking 3 nasional setelah Brebes dan Nganjuk.
"Sekitar 1.000 hektare bawang merah rutin dipanen setiap bulan dan dalam 2 minggu lagi ada panen juga untuk membantu pengamanan pasokan Idul Adha," kata Prihasto.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Solok Miharta mengatakan pengembangan bawang di Solok dilakukan secara intensif.
Menurutnya Kabupaten Solok merupakan sentra yang dapat menanam bawang merah sepanjang tahun. Adapun rata-rata pertanaman mencapai 900-1.000 hektare per bulan. Kendati demikian diakuinya masih terdapat kekurangan dalam penanganan pascapanen.
"Petani Solok melakukan pertanaman bawang 2 hingga 4 kali setahun dan sekali panen bawang menghasilkan 13 ton per hektarenya," kata Miharta.
(ega/ega)