Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Mei 2023 sebesar US$ 440 juta. Itu merupakan capaian surplus selama 37 bulan berturut-turut, namun paling rendah.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2023 merupakan yang terendah sejak Mei 2020.
"Kalau kita lihat datanya sejak Mei 2020 sampai Mei 2023, neraca perdagangan kita selalu surplus 37 bulan berturut-turut. Surplus Mei 2023 ini merupakan surplus terendah dalam 37 bulan terakhir itu," kata Edy dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surplus neraca perdagangan yang anjlok ini dipicu oleh kenaikan impor yang lumayan besar. Edy mencatat nilai impor Indonesia pada Mei 2023 mencapai US$ 21,28 miliar, naik 3,65% secara bulanan (mtm) dan naik 14,35% secara tahunan (yoy).
"Dalam 3 tahun terakhir ini seperti yang terjadi di ekspor, ternyata pasca libur Lebaran impor juga selalu menunjukkan pola meningkat," ucap Edy.
Secara bulanan, peningkatan impor terbesar terjadi pada mesin/peralatan mekanis serta bagiannya yang naik US$ 1,06 miliar atau 52,49%, lalu mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya US$ 676 juta atau 38,81%, serta kendaraan dan bagiannya US$ 489,2 juta atau 76,76%.
"Kalau kita perhatikan berdasarkan negara asal barang, peningkatan terbesar terutama dari Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan," imbuhnya.
Secara tahunan, impor yang naik tinggi adalah barang modal di mana kenaikannya mencapai 60,30% menjadi US$ 3,90 miliar. Sementara itu, impor secara kumulatif Januari-Mei 2022 mencapai US$ 91,58 miliar atau turun 3,78% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Lihat juga Video: Trade Expo Indonesia 2022 Siap Lanjutkan Tren Surplus Neraca Perdagangan