Banyak Negara Ekonominya Rontok, Bagaimana dengan RI?

Banyak Negara Ekonominya Rontok, Bagaimana dengan RI?

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 26 Jun 2023 12:54 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati pastikan ekonomi nasional resmi resesi pada kuartal III-2020. Hal itu menyusul revisi proyeksi yang dilakukan Kementerian Keuangan.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan banyak negara tidak mampu bertahan akibat gejolak ekonomi dunia yang sedang terjadi. Indonesia disebut termasuk negara yang memiliki pertumbuhan kuat dan persisten tinggi.

"Indonesia terus-menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5% dalam 6 kuartal terakhir. Di negara lain, mungkin bagus tapi kemudian mengalami kemerosotan yang cukup tajam pada 2023 ini. Jadi kita lihat memang banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan dalam tekanan pelemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia," katanya dalam konferensi pers APBN KiTA, Senin (26/6/2023).

Dengan pertumbuhan yang kuat, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2023 bisa sesuai target di kisaran level 5-5,3%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai Juni 2023 masih diperkirakan positif sehingga outlook dari pertumbuhan kita tahun ini 5-5,3% masih relatif bisa dijaga," ucapnya.

Hal itu sejalan dengan perkiraan dari berbagai lembaga Internasional. Seperti Dana Moneter Internasional (IMF) yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 tumbuh 5%, prediksi Bank Dunia (World) tumbuh 4,9%, serta prediksi Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) tumbuh 4,7%.

ADVERTISEMENT

"Ini menggambarkan lembaga-lembaga tersebut melihat adanya lingkungan global yang mungkin akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun kita masih memperkirakan dari sisi exercise kita, growth kita relatif cukup robust di sekitar 5%," imbuhnya.

Berbeda dengan kondisi pertumbuhan ekonomi global di 2023 yang diprediksi masih melemah. IMF memproyeksikan pertumbuhan hanya 2,8%, prediksi Bank Dunia tumbuh 2,1% dan prediksi OECD hanya tumbuh 2,7%.

Hal itu dikarenakan adanya eskalasi geopolitik yang terjadi antara Rusia vs Ukraina maupun negara-negara besar di dunia. Selain itu terjadi debt distress (kesulitan utang) di banyak negara baik negara berkembang maupun negara maju.

"Ini menghalangi pemulihan ekonomi. Di beberapa negara sektor keuangan mengalami kerapuhan, inflasi yang tinggi dan suku bunga yang meningkat menjadi salah satu faktor yang mengerosi pertumbuhan ekonomi negara tersebut," kata Sri Mulyani.

Simak juga Video 'Jokowi Ungkap RI Sukses Lewati Krisis Dunia: Karena Fondasi Pancasila':

[Gambas:Video 20detik]



(aid/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads