Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bersuara soal kriteria pemimpin Indonesia. Menurutnya, tidak cukup seseorang menjadi pemimpin jika hanya mengandalkan kecerdasan.
Ia juga mengungkap kekhawatirannya jika Indonesia dipimpin sosok yang hanya jago berpidato. Menurutnya, menjadi pemimpin harus bisa mengambil keputusan tepat.
Bahlil memberi contoh Mantan Perdana Menteri Inggris Liz Truss yang jago berpidato namun salah dalam mengambil keputusan. Tahun 2022 Truss dianggap melakukan blunder dengan melakukan pemangkasan pajak, dan ia mengundurkan diri setelah hanya menjabat 6 minggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kecerdasan seseorang tidak cukup memimpin negara atau menjadi menteri. Menjadi menteri, menjadi pemimpin tidak cukup pidato-pidato saja. Apa kurangnya Truss dalam berpidato? Tapi begitu merumuskan kebijakan negara, keliru," ujar Bahlil dalam Festival Gen Z 2023 by CentennialZ di Jakarta, Sabtu (8/7/2023).
"Saya takut Indonesia, kita pilih pemimpin yang jago retorika saja. Harus punya intuisi leadership dan ketepatan," lanjutnya.
Ia pun mencontohkan sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai sosok pemimpin ideal. Meski sempat dicap 'planga-plongo', Jokowi dianggap berhasil memimpin Indonesia.
Padahal, kata Bahlil, Jokowi tidak jago berpidato dan tidak banyak memiliki referensi bacaan. Namun Jokowi dinilai pandai melakukan eksekusi.
"Pak jokowi kan retorikanya tidak terlalu pandai kan. Dengan bukunya, referensinya nggak banyak juga. Tapi Pak Jokowi konsisten menjalankan itu. Nah pertanyaannya, mau cari pemimpin pandai pidato atau pandai eksekusi?" tanya Bahlil.
Ia mempersilakan para Gen Z yang hadir untuk memilih calon pemimpinnya masing-masing. Ia pun meminta untuk memeriksa sosok calon pemimpin dari track record-nya.
"Bagi saya itu, siapa pun silakan memilih. Tapi kalau ada pemimpin yang sudah menjabat, cek track record-nya. Yang bagus itu pandai pidato, pandai kerja. Cek banyak kerjanya, apa pidatonya," tutup Bahlil.
(hns/hns)