Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 bisa ditekan menjadi Rp 486,4 triliun atau 2,28% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini tentunya mempengaruhi jumlah penarikan utang.
Sri Mulyani mengatakan realisasi penarikan utang akan lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam APBN 2023. Jumlah utang yang berhasil batal ditarik diperkirakan mencapai Rp 289,9 triliun atau turun 41,6%.
"Sampai akhir tahun dengan penerimaan yang masih cukup kuat dan belanja yang terpenuhi semuanya, kami memperkirakan pembiayaan utang akhir tahun bisa diturunkan 41,6% atau lebih rendah Rp 289,9 triliun tahun ini," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (10/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya target penarikan utang pada APBN 2023 mencapai Rp 696,4 triliun. Bendahara Negara itu menyebut penurunan pembiayaan utang merupakan hal yang sangat baik apalagi di tengah tren suku bunga yang melonjak tinggi di berbagai negara.
"Strategi positioning dengan menurunkan pembiayaan utang dan penurunan issuance utang menempatkan Indonesia dalam posisi yang relatif aman dan cukup stabil kuat," ucap Sri Mulyani.
Defisit APBN dikarenakan adanya selisih pendapatan negara yang lebih kecil ketimbang belanja pemerintah. Sampai akhir 2023 pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp 2.637,2 triliun. Sementara kebutuhan belanja negara sampai akhir 2023 lebih besar yakni mencapai Rp 3.123,7 triliun.
(aid/ara)