Pengertian Stakeholder, Jenis, dan Asumsi yang Keliru

Pengertian Stakeholder, Jenis, dan Asumsi yang Keliru

Izzah Putri Jurianto - detikFinance
Selasa, 11 Jul 2023 21:45 WIB
Ilustrasi jenis-jenis perusahaan.
Foto: Alex Kotliarskyi/Unsplash
Jakarta -

Pernah mendengar istilah tentang stakeholder? Yup, stakeholder mungkin bukanlah kata yang baru bagi kamu yang menggeluti dunia bisnis. Namun, ternyata masih banyak definisi yang keliru mengenai apa itu stakeholder.

Stakeholder adalah pemangku kepentingan, yang tak hanya merujuk pada pemegang saham saja. Umumnya, orang-orang hanya mengaitkan stakeholder dengan pemegang saham. Nyatanya, stakeholder adalah posisi penting di perusahaan yang lebih dari sekedar pemegang saham.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai apa itu stakeholder? Dalam artikel ini, kamu juga akan menjumpai jenis-jenis stakeholder berdasarkan hierarkinya. Simak, ya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Stakeholder?

Menurut artikel Defining and Identifying Stakeholder: Views From Management and Stakeholder yang ditulis oleh S. Benn, R. Abratt, dan B. O'Leary, stakeholder adalah istilah dalam dunia bisnis yang definisinya cukup luas. Kualifikasi untuk menjadi stakeholder dapat diberikan kepada siapa saja; orang, institusi, kelompok, organisasi, publik, hingga lingkungan. Namun, sederhananya, stakeholder adalah sebutan bagi individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan sebuah organisasi. Stakeholder juga dapat dimaknai sebagai individu atau kelompok yang dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari sebuah organisasi.

Dalam pendapat lain, stakeholder merujuk pada individu atau kelompok yang memiliki atau mengklaim tentang kepemilikan, hak, dan kepentingannya dalam sebuah korporasi dan kegiatannya di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dalam bahasa Indonesia sendiri, stakeholder berarti pemangku kepentingan.

ADVERTISEMENT

Walau penggunaan istilah stakeholder digunakan secara luas di bisnis, media, dan pemerintah, namun nyatanya masih banyak pemahaman yang keliru mengenai apa itu stakeholder.

Hierarki dalam Stakeholder

S. Benn, R. Abratt, dan B. O'Leary dalam artikelnya yang berjudul Defining and Identifying Stakeholder: Views From Management and Stakeholder mengatakan bahwa ada dua jenis stakeholder berdasarkan hierarkri atau kepentingan posisinya dalam sebuah perusahaan. Kedua jenis stakeholder ini adalah primary stakeholder (stakeholder primer) dan secondary stakeholder (stakeholder sekunder). Berikut penjelasan selengkapnya.

1. Primary Stakeholder (Stakeholder Primer)

Sederhananya, stakeholder primer memegang kepentingan yang luar biasa di dalam sebuah perusahaan. Tanpa kontribusinya, perusahaan akan mengalami kebuntuan dalam perjalanan bisnisnya. Beberapa kelompok yang termasuk dalam stakeholder primer adalah pemegang saham, karyawan, pelanggan, dan pemasok atau supplier. Ada pula sektor publik seperti pemerintah dan komunitas yang menyediakan infrastruktur, mengatur aktivitas perusahaan, serta mengatur pajak.

Peran kelompok-kelompok yang disebutkan tadi bahkan dapat mempengaruhi keputusan manajerial sebuah perusahaan. Sebagai contoh, pelanggan disebutkan dalam deretan stakeholder. Hal ini karena pelanggan adalah aset terpenting yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, inovasi, kualitas, dan layanan harus selalu ditingkatkan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Namun, tentunya pendapat dari pemegang saham, manajer, dan karyawan juga tetap diperlukan.

2. Secondary Stakeholder (Stakeholder Sekunder)

Berikutnya adalah pemangku kepentingan kedua. Seperti namanya, posisi stakeholder sekunder berada di bawah stakeholder primer. Mereka masih tetap bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan, namun bukanlah roda utama untuk bergeraknya perusahaan.

Deretan kelompok yang tergabung dalam stakeholder sekunder adalah kompetisi pasar, media, asosiasi perdagangan, dan kelompok pendukung. Berbeda dengan stakeholder primer, kelompok-kelompok tersebut tidak terikat kontrak dengan perusahaan.

Perlu diingat bahwa walaupun stakeholder sekunder bukanlah roda utama dari perusahaan, namun mereka tetap dapat menyebabkan gangguan yang cukup berefek terhadap perusahaan.

Asumsi Keliru Mengenai Stakeholder

Selama ini, telah banyak asumsi bahwa stakeholder semata-mata adalah pemegang saham. Menurut David Haataja dalam tesisnya yang berjudul Stakeholder Theory: The New Story of Business?, hal ini terjadi karena adanya pandangan bahwa perusahaan hanya punya satu misi, yakni menghasilkan profit sebanyak mungkin untuk memuaskan pemegang saham.

Nyatanya, para ahli teori pemangku kepentingan menyatakan bahwa terlepas dari betapa pentingnya profit bagi perusahaan, ini tidak mengalahkan pentingnya meninjau aspek lain bagi keberlangsungan perusahaan.




(fds/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads