Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengaku kagum dan mengapresiasi riset stimulan bibit benih unggul yang dilakukan PT East West Seed. Hal ini disampaikannya saat menghadiri peresmian gedung research and development (RND) sekaligus expo nasional yang dilakukan perusahaan tersebut, pada Selasa (11/7).
"Berbicara investasi jangka panjang, artinya harus ada research and development (RND) berjangka panjang. Hal ini sangat disadari oleh PT East West Indonesia dan saya kira patut dilakukan perusahaan benih lainnya agar benih kita sejajar dengan negara lain," ujar Prihasto dalam keterangan tertulis, Selasa (11/7/2023).
Dia melanjutkan meski pihaknya lebih utama memperhatikan bawang dan cabai, namun sesungguhnya hortikultura terdiri dari ada 564 komoditas. Dari jumlah tersebut baru ada 88 komoditas yang resmi masuk ke dalam data statistik. Sementara, 15 komoditas lainnya sedang dalam tahap proses masuk data statistik.
"Saat ini kita ingin komoditas lokal dikenal dunia. Permasalahannya ada pada pemasaran di mana kita ingin sekali mendorong ekspor. Apa sih yang kita tidak punya dari negara-negara tetangga, misalnya Thailand? Pasar durian contohnya. Tercatat pada 2020 - 2021 pasar durian dunia mencapai Rp 18 triliun. Angka itu bertambah kemudian sekarang Rp 55 triliun. Indonesia masih jauh kalah," terang Prihasto.
Atas hal itu, dirinya mengakui kendala utama ekspor ada pada unsur Kuantitas, Kualitas, dan Kontinuitas (3K) yang belum dikuasai penuh oleh petani atau pelaku usaha.
"Kalau pun sudah memenuhi kuantitas dan kualitas, kontinuitas belum kita kuasai. Jika ada eksportir mau cari manggis misalnya, harus mencari di spot-spot yang saling berjauhan lokasi. Inilah yang kemudian kita bentuk kampung hortikultura. Dengan adanya one village one variety, selain memudahkan juga dari segi biaya lebih murah. Konsep inilah yang sudah dikenal lebih dulu oleh Thailand," terang Prihasto.
Selain itu, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengatakan pangan merupakan salah satu fokus perhatian BRIN. Di mana pada pihaknya terdapat setidaknya 12 bidang yang terkait dengan pangan.
"Di BRIN terdiri dari 10 ribu peneliti, di mana 1.300 pegawainya berasal Kementerian Pertanian. Kami fokus ke bahan pangan utama untuk penanganan el nino dan kelangkaan pangan, mengurangi impor. Dengan adanya PT East West Indonesia ini kami menawarkan proyek penelitian bersama berikut publikasi hasil penelitiannya," papar Puji.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director PT East West Seed mengaku jika RND merupakan dasar utama kelangsungan pertanian, khususnya Indonesia.
"Pertanian tergantung pada benih. Jika benih bermutu maka hasilnya akan bagus. RND dapat menambah mutu hasil pertanian ke depan," kata Managing Director PT East West Indonesia, Glenn Pardede.
Di sisi lain, Produk Development Support Manager PT East West Seed Indonesia, Abdul Kohar menambahkan salah satu lahan percontohan yang menarik perhatian adalah pertanaman bawang bombai merah dan kuning yang terdapat pada lokasi expo.
Bawang tersebut memiliki siung yang berukuran besar, mampu memiliki produktivitas 30 - 40 ton per hektare dan ditengarai mampu mengatasi ketergantungan impor.
"Kita punya dua jenis bawang bombai. Ada bawang bombai merah BB 121 dan bawang bombai kuning BB 110. Kedua jenis bawang bombai ini merupakan hasil seleksi dari sebelumnya kita punya. Tadinya kami mengembangkan 40 jenis bawang bombai. Dari jumlah tersebut kita pilih dua varietas terbaik ini," papar Kohar.
Kohar pun menyatakan bawang bombai yang sedang didaftarkan ke Kementerian Pertanian ini, tidak jauh berbeda dengan True Shallot Seed (TSS) dari segi budidayanya.
"Secara budidaya tidak jauh beda dari penanaman bawang merah pada umumnya yang berasal dari biji atau TSS. Kami sudah melakukan penelitian bahwa keunggulan dari bawang bombai ini adalah bisa ditanam baik di dataran tinggi dan dataran rendah sekalipun. Ketika dicoba dilepas ke pasar, para petani kami mengatakan harga jual Rp 25 ribu kg diterima dengan baik oleh masyarakat," pungkas Kohar.
(fhs/ega)