Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi waktu Singapura. Sebanyak 14 orang jurnalis telah duduk melingkar untuk bersiap berbincang dengan pejabat pertama yang akan ditemui dalam rangkaian program Indonesia Journalist Visit Programme yang dirancang Kementerian Komunikasi dan Informasi Singapura.
Sepuluh menit berlalu, sang tuan rumah akhirnya tiba. Dia adalah Menteri Senior dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Singapura sekaligus Kementerian Kesehatan, Janil Puthucheary. Dengan kemeja yang disingsingkan lengannya, penampilan Janil terlihat cukup santai mengingat kapasitasnya sebagai pejabat setingkat menteri.
"Terima kasih banyak. Selamat pagi, semuanya. Selamat datang di Singapura. Saya harap kalian mendapatkan waktu yang produktif di sini" kata Janil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyaris 1,5 jam kami berdiskusi tentang banyak hal yang Singapura hadapi saat ini. Sikap Janil yang hangat dan santai mewakili romantisme hubungan diplomatik antara Singapura dan Indonesia selama lebih dari lima dekade terakhir.
"Kita menikmati hubungan bilateral yang sangat baik ini. Ekonomi digital adalah salah satu contohnya, itu adalah fondasi kita untuk banyak hal yang bisa dilakukan. Kita memiliki banyak peluang kerja sama." kata Janil.
![]() |
Singapura merupakan negara yang telah menjadi mitra utama Indonesia dalam banyak hal selama lebih dari 50 tahun terakhir. Dalam hubungan ekonomi, Singapura merupakan mitra dagang Indonesia sekaligus sumber penanaman modal asing (PMA) terbanyak.
Singapura menjadi investor terbesar Indonesia per kuartal I-2023, dengan total investasi mencapai US$ 4,3 miliar. Sementara dari sisi perdagangan, Singapura termasuk dalam lima negara terbesar dalam hal ekspor produk minyak dan gas serta non-migas dari Indonesia.
Janil sendiri bukanlah satu-satunya menteri yang kami temui dalam kesempatan ini. Ada lima orang menteri lainnya yang menanti dikunjungi, termasuk sang penerus tahta Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang sebentar lagi akan diwariskan ke generasi selanjutnya. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk mengetahui kondisi Singapura terkini dan menelisik lebih dalam hubungan diplomatik Singapura dan Indonesia hari ini dan di masa depan.
Bersama enam menteri yang kami temui selama nyaris satu pekan di Singapura, banyak hal dibahas mulai dari peluang ekonomi digital, ancaman resesi global, masuknya artificial intelligent (AI) dalam ekosistem digital di banyak bidang, energi terbarukan, hingga respons para pejabat tentang keberhasilan Singapura menjadi negara perhelatan konser artis besar seperti Coldplay hingga Taylor Swift dengan jumlah show jauh lebih banyak dibanding negara lainnya di Asia.
Dekat dengan Indonesia
Selain hubungan diplomatik, kedekatan hubungan antara warga negara Singapura dan Indonesia juga cukup unik. Indonesia mungkin menjadi negara luar negeri pertama yang dikunjungi sebagian besar warga negara Singapura, begitu pula sebaliknya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, turis dari Singapura menjadi salah satu tamu asing yang paling banyak mampir ke Indonesia. Kunjungan wisatawan mancanegara dari Singapura mencapai 282 ribu pada 2022. Sementara pada data Maret 2023, jumlah kunjungan wisatawan asal Singapura 111 ribu orang. Kunjungan ini menyumbang 13,7% dari total kunjungan wisman ke Indonesia sekaligus yang terbesar setelah wisman Malaysia.
Sejumlah menteri juga mengamini fakta ini. Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan Singapura, Lawrence Wong misalnya, mengaku Danau Toba menjadi salah satu tempat di luar negeri pertama yang dikunjunginya.
"Salah satu liburan luar negeri pertama yang saya alami waktu masih anak-anak adalah ke Danau Toba." katanya.
"Sepertinya itu bukan hanya untuk saya, tetapi juga berlaku buat banyak orang Singapura. Saya tidak pernah naik pesawat waktu kecil, sampai akhirnya pertama kali saat itu waktu kita ke Danau Toba. Jadi saya akan selalu mengingat perjalanan itu meskipun sudah puluhan tahun yang lalu. Saya yakin itu juga dialami banyak orang Singapura," tambah dia.
![]() |
Hal yang sama juga dialami oleh Menteri Pendidikan Singapura, Chan Chun Sing. Pria yang juga menjabat sebagai menteri pelayanan publik tersebut mengaku banyak menghabiskan masa mudanya di Indonesia. Bahkan dia berani bertaruh banyak wilayah yang dia sudah kunjungi di Indonesia belum pernah disinggahi oleh warga Indonesia sendiri.
"Saya dulu pergi ke Indonesia hampir setiap tahun. Saya tinggal di Indonesia selama dua tahun sebagai Atase Pertahanan (APTAN), lebih tepatnya Atase Angkatan Darat. Selama dua tahun saya di sana pada tahun 2001 hingga 2003, saya berkesempatan mengunjungi seluruh provinsi di Indonesia, kecuali Aceh, Maluku, dan NTT." katanya bersemangat.
![]() |
Untuk menggambarkan kedekatan kedua negara, dalam candanya Chan Chun Sing menyebut Singapura ke Jakarta lebih dekat daripada Jakarta ke Bandung mengingat waktu tempuh yang dilalui. Singapura ke Jakarta melalui Bandara Changi hanya memakan waktu kurang dari dua jam, sementara Jakarta ke Bandung bisa memakan waktu lebih dari itu.
"Jumlah penerbangan antara kedua kota (Singapura dan Jakarta) ini begitu sering. Bahkan, kebanyakan orang Singapura yang mau ke Jakarta itu kayak orang mau naik bus aja." ujar Chan.
Pasang-Surut Hubungan
Meski memiliki hubungan yang cukup baik, kedua negara pelopor ASEAN ini juga memiliki masa-masa renggang. Selain memiliki kedekatan emosional, pendeknya jarak geografis antara kedua negara juga kerap menjadi faktor hubungan kedua negara merenggang.
Misalnya saja saat Singapura harus kebagian asap hasil pembakaran hutan di Indonesia. Atau kebijakan penutupan keran ekspor pasir laut Indonesia yang selama ini diandalkan Negeri Singa. Belum lagi terkait tragedi pengeboman yang dilakukan marinir Indonesia, Usman dan Harun di Gedung McDonald House di Orchard Road, Singapura pada tahun 1965.
Namun kini kedua negara mulai kembali menata hubungan bilateral yang lebih baik. Singapura dengan statusnya saat ini sebagai negara maju berpenghasilan tinggi menjadi tetangga yang ikut membantu ekonomi Indonesia lewat penanaman modal asingnya yang terus tumbuh. Sementara kemajuan Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN juga ikut dinikmati Singapura sebagai tetangga terdekatnya.
![]() |
"Perspektif kami adalah bahwa tetangga yang sukses itu baik untuk kami. Dan kami ingin mendukung perjalanan Indonesia untuk terus berkembang dan menjadi sukses." kata Menteri kedua Luar Negeri Singapura, Maliki Osman.
"Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara dan Anda memiliki populasi sekitar 300 juta orang. Ekonomi besar yang begitu banyak potensi. Setiap orang bisa menjadi bagian dari perjalanan perkembangan itu, perjalanan kesuksesan yang telah dilakukan oleh Indonesia. Dan kami ingin terus menjadi tetangga yang luar biasa untuk Indonesia juga." jelas Maliki.
Ikuti terus liputan kami mengenai hal lainnya tentang Singapura dan segala tantangan yang dihadapi Kota Singa tersebut saat ini, hanya di detikcom.
(eds/eds)