Kemenhub Ungkap Biang Kerok 260 ABK Terjebak Tak Berpenghasilan di Sunda Kelapa

Kemenhub Ungkap Biang Kerok 260 ABK Terjebak Tak Berpenghasilan di Sunda Kelapa

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 16 Jul 2023 12:30 WIB
Bangkai kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa belum dievakuasi sejak April 2023 (Belia/detikcom)
Foto: Bangkai kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa belum dievakuasi (Belia/detikcom)
Jakarta -

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mengungkapkan biang kerok dari 260 anak buah kapal (ABK) tak punya penghasilan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Ancol, Jakarta Utara. Hal ini disebabkan karena proses evakuasi kerangka kapal layar motor (KLM) Sagam Berkah menemui kendala.

KLM Sagam Berkah sendiri mengalami kebakaran dan karam pada Mei 2023 lalu. Namun hingga pekan ini, bangkai kapal tersebut belum juga diangkat dari perairan hingga mengganggu aktivitas pelayaran dan bongkar muat barang.

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Sunda Kelapa, Aries Wibowo mengatakan, kapal dengan berat kotor sebesar 245 GT ini terbakar di Dermaga Pelra Pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 3 Mei 2023, pukul 05.00 WIB. Kegiatan muatannya adalah mengangkut semen dengan PT Bahari Bintang Prima sebagai pemilik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada saat kejadian tersebut, tim pemadam kebakaran dari Damkar Ancol bersama dengan Pelindo dan tim KSOP Sunda Kelapa berhasil memadamkan api pada pukul 07.30 WIB. Namun, kerangka kapal paska kebakaran hingga kini masih terendam dan sebagian badan kapal menghalangi alur keluar masuk kolam terminal Pelra sejak tanggal 4 Mei 2023," katanya, dalam keterangan tertulis, Minggu (16/7/2023).

Sebagai tindak lanjut, DPC Pelra dan pemilik kapal telah melakukan upaya pengapungan dan penyingkiran kerangka kapal melalui pemompaan secara manual. Namun, terjadi kebocoran kembali yang menyebabkan proses ini belum berhasil dilaksanakan.

ADVERTISEMENT

"Hal ini menyebabkan kapal KLM lainnya yang berada di dalam Pelra tidak dapat melewati alur yang terhalang tersebut. Sebagai alternatif, kegiatan kapal KLM yang lain dialihkan ke Dermaga Pelnas," kata Aries.

Pihaknya juga telah melaksanakan rapat koordinasi bersama pemilik kapal, DPC Pelra, dan Pelindo pada Mei lalu. Mengingat masih terdapat muatan semen di dalam kapal yang sulit untuk dievakuasi, diputuskan bahwa pemilik kapal bersama DPC Pelra akan melakukan pembongkaran semen secara bertahap sambil terus melakukan upaya pemompaan air dan penarikan menggunakan Tug Boat.

Lalu pada 13 Juni lalu, para pihak juga telah melakukan rapat evaluasi dan koordinasi. Dalam rapat tersebut, pemilik kapal diminta untuk segera melakukan penyingkiran kerangka kapal, dibantu oleh DPC Pelra. Pada 16 Juni lalu, juga telah dilakukan monitoring lapangan terhadap progres kegiatan penyingkiran kerangka kapal tersebut.

Melihat evakuasi yang belum berhasil, pada 7 Juli kemarin KSOP pun meminta kepastian apakah kegiatan salvage telah menggunakan tenaga yang profesional dan ahli. Aries menambahkan, KSOP juga telah memerintahkan untuk percepatan evakuasi. Atas kondisi ini, sejak 13 Juli perusahaan salvage pun sudah memulai pengerjaan pengangkatan kerangka kapal.

"Kami berterima kasih atas kerja sama dan upaya semua pihak yang terlibat dalam menangani kecelakaan kebakaran Kapal KLM Sagam Berkah. Kami akan terus mendorong upaya penyingkiran kerangka kapal secepat mungkin," kata Aries.

"Dan sementara itu, kegiatan kapal KLM lainnya tetap berjalan dengan baik, meskipun masih ada beberapa kapal KLM yang terjebak dan belum dapat melewati alur yang terhalang oleh kerangka KLM Sagam Berkah," tutupnya.

Aries mengatakan, KSOP akan terus mengawal dan melaporkan informasi terkini berkenaan dengan perkembangan penyingkiran kerangka kapal KLM Sagam Berkah. Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap memperhatikan keselamatan dan terus berkoordinasi dalam pelaksanaan kegiatan di area terdampak.

Sebagai tambahan informasi, sebelumnya diberitakan, penghasilan 260 anak buah kapal (ABK) terdampak akibat adanya bangkai kapal KLM Sagam Berkah tersebut. Aktivitas pelayaran dan bongkar muat barang menjadi terganggu, sehingga dalam tiga bulan terakhir pemasukannya jadi tak pasti.

"Ada sekitar 260 ABK yang kena. Kalau kapal ada sekitar kurang lebih 50 kapal yang nggak bisa berlayar," ungkap salah satu Nahkoda Kapal KLM Mitra Buana, Abdul Majid, dikutip dari detikNews.

Pihaknya bahkan mengaku sempat berunjuk rasa di pelabuhan karena tidak ada kejelasan dari pihak berwenang. Mereka meminta bangkai KLM yang kini sudah karam itu segera dievakuasi.

(das/das)

Hide Ads