51 Perwakilan Negara Mau Kumpul di Bali, Bahas Ilegal Fishing-Tata Kelautan

51 Perwakilan Negara Mau Kumpul di Bali, Bahas Ilegal Fishing-Tata Kelautan

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 20 Jul 2023 20:15 WIB
Ilustrasi laut/pantai
Foto: Getty Images/iStockphoto/Placebo365
Jakarta -

Indonesia akan memimpin konferensi tingkat tinggi (KTT) Kepulauan dan Pulau Kecil atau Archipelagic and Island States Forum (AIS) di Bali pada Oktober 2023. Negara yang akan hadir dalam pertemuan itu sebanyak 51 negara termasuk Indonesia yang menjadi pemimpin pertemuan itu.

Adapun fokus pembahasan pertemuan itu di antaranya implementasi ekonomi biru, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, sampah laut yang masuk dalam penanggulangan polusi laut, serta tata kelautan dan kemaritiman.

Selain itu, ilegal fishing juga akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Namun, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ayodhia G. L. Kalake menjelaskan bahwa sebenarnya fokus pembahasannya tidak mengerucut mengenai ilegal fishing tetapi lebih kepada penangkapan ikan yang aman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tetapi ini menjadi perhatian kita bersama bagaimana kita melakukan penangkapan ikan yang berkelanjutan. Kita harapan semunya secara bersama bahu membahu mengatasi tantangan dan ancaman terhadap laut tersebut," katanya dalam Media Gathering di The Hermitage, Jakarta Pusat, Kamis (20/7/2023).

Dalam kesempatan yang sama, Senior Advisor for Climate and Environmental Governance, AIS Program Manager, Abdul Wahib Situmorang (Ucok) mengatakan soal ilegal fishing akan dibahas mengenai akar masalahnya. Jadi, antar negara bisa bertukar pikiran atau solusi untuk menangani masalah tersebut.

ADVERTISEMENT

"Yang kita omongin akar masalah ilegal fishingnya. Nah oleh karena itu, akar maslaahnya pasti karena masalah kemiskinan, tata kelola. Oleh karena itu yang kita mau dorong yang tadi sudah disampaikan soal ecotourism dan bagaimana ecotourism tulang punggunya masyarakat di pesisir," jelasnya.

Lantas apa manfaatnya pertemuan forum untuk nelayan khususnya di Indonesia?

Abdul mengungkap ada sejumlah manfaat yang akan didapat dari kemitraan dan forum internasional ini. Pertama dari sisi teknologi, di mana nelayan bisa mendapatkan teknologi yang lebih maju dalam menangkap ikan.

"Mengenai teknologi yang bisa dipergunakan nelayan-nelayan kita untuk tahu ikannya ada di mana, jenisnya apa, berapa banyak volumenya, itu ada teknologi sekarang ini. Itu juga nanti bisa menghemat waktu dipakai oleh nelayan nanti untuk menangkap ikan di laut," terangnya.

Kemudian, forum ini juga akan mendorong teknologi yang menunjang pemberitahuan iklim untuk nelayan. Hal ini dilakukan membantu nelayan memprediksi iklim saat mau melaut.

"Melalui forum ini adalah mendorong sebanyak mungkin teknologi yang berbasis ilmu pengetahuan yang bisa dipergunakan nelayan-nelayan tradisional kita," jelasnya.

"Indonesia sebenarnya adalah pionir, BMKG Kita itu secara rutin menyampaikan informasi mengenai cuaca informasi mengenai kejadian penting yang nelayan kita perlu tahu," tambahnya.

Sebagai informasi, AIS forum ini merupakan wujud leadership Indonesia di kancah dunia internasional. Konferensi Tingkat Tinggi AIS Forum ini merupakan mandat dari pertemuan keempat tingkat menteri AIS Forum yang telah dilaksanakan di Bali pada tanggal 5 Desember 2022 yang lalu.

Kemudian dari arahan Presiden Joko Widodo KTT AIR Forum akan diselenggarakan pada 11 Oktober 2023 di Bali. Secara paralel akan dilakukan pertemuan tingkat menteri AIS Forum pada 10 Oktober 2023 yang akan menjadi pertemuan untuk menyiapkan dokumen terkait KTT AIR Forum. Rencananya KTT AIS Forum ini diselenggarakan di Nusa Dua Bali, dan akan mengundang 51 negara partisipan AIS Forum.

Daftar negara yang diundang ada di halaman berikutnya.

Berikut Negara Partisipan AIR Forum:

  1. Antigua and Barbuda
  2. Bahamas
  3. Bahrain
  4. Barbados
  5. Belize
  6. Cape Verde
  7. Cook Islands
  8. Comoro Islands
  9. Cuba
  10. Cyprus
  11. Dominica
  12. Dominica Republic
  13. Federated States of Micronesia
  14. Fiji
  15. Grenada
  16. Guinea Bissau
  17. Guyana
  18. Haiti
  19. Iceland
  20. Indonesia
  21. Ireland
  22. Jamaica
  23. Japan
  24. Kiribati
  25. Madagascar
  26. Maldives
  27. Malta
  28. Marshall Islands
  29. Mauritius
  30. Nauru
  31. Niue
  32. New Zealand
  33. Palau
  34. Papua New Guinea
  35. Philippines
  36. Saint Kitts and Nevis
  37. Saint Lucia
  38. Saint Vincent and the Grenadines
  39. Samoa
  40. Sao Tome and Principe
  41. Seychelles
  42. Singapore
  43. Solomon Islands
  44. Sri Lanka
  45. Suriname
  46. Timor Leste
  47. Tonga
  48. Trinidad and Tobago
  49. Tuvalu
  50. United Kingdom
  51. Vanuatu
Halaman 2 dari 2
(ada/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads