Harap Cemas Ancaman Krisis Pangan Gegara Rusia Keluar Perjanjian Ekspor

Harap Cemas Ancaman Krisis Pangan Gegara Rusia Keluar Perjanjian Ekspor

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 21 Jul 2023 07:45 WIB
Wheat field against blue sky with white clouds. Agriculture scene. Fresh green wheat field. wheat field in sunny day.  green wheat. Wheat field and countryside. fresh wheat
Ilustrasi Gandum - Foto: Getty Images/iStockphoto/georgeoprea9
Jakarta -

Padahal dengan kesepakatan itu Ukraina dapat mengekspor biji-bijian secara aman melalui Laut Hitam.

Terkait serangannya ini, PBB memperingatkan keputusan Negeri Beruang Merah itu berisiko membuat kelaparan di seluruh Dunia. Lantas apakah serangan Rusia ke Ukraina ini dapat menyebabkan krisis pangan secara global dan berdampak ke RI?

Menjawab pertanyaan ini, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah, mengatakan kondisi ini diperkirakan tidak akan menyebabkan krisis pangan seperti yang diperingatkan PBB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, akibat dari serangan Rusia ke Ukraina setelah berakhirnya kesepakatan ekspor gandum ini paling besar akan menyebabkan kenaikan harga gandum secara global. Namun tidak sampai terjadinya krisis pangan.

"Kalau secara global sepertinya tidak akan berpengaruh (menyebabkan krisis pangan). Paling lebih cenderung ke kenaikan harga gandum. Jadi bisa ada kenaikan harga gandum tapi tidak akan ada krisis pangan," kata Rusli kepada detikcom, Kamis (20/7/2023).

ADVERTISEMENT

"Kalau krisis pangan kan memang ada shortest supply, gandum itu nggak ada gitu kan. Jadi orang-orang itu kelaparan, jadi gak bisa makan lah. Kalau ini masih bisa makan, tapi harganya lebih tinggi," jelasnya lagi.

Meski begitu, menurut Rusli sebagian orang khususnya warga Eropa yang banyak mengkonsumsi gandum, harus mengorbankan sebagian pengeluaran mereka yang lain sebagai kompensasi membeli pangan yang semakin mahal.

"Orang akan mengorbankan pengeluaran yang lain untuk menambah (biaya belanja pangan karena) kenaikan harga gandum ini. Misalkan yang biasanya ke bioskop sebulan 2 kali, jadi sekali saja dan sisanya untuk kompensasi kenaikan harga gandum. Bagi orang-orang Eropa kan gandum itu krusial kan," ungkap Rusli.

Untuk besaran kenaikan harga gandum global sendiri Rusli mengaku belum bisa memastikan. Namun menurutnya yang pasti, kejadian kali ini berpotensi menaikkan harga gandum hingga komoditas pangan lain.

"Besarannya berapa? mungkin saya belum tahu besarannya, tapi itu berpotensi mengerek harga gandum dan mungkin komoditas lain dari Ukraina semisal minyak nabati," tambahnya.

(kil/kil)

Hide Ads