Luhut Pamer ke AS, RI Untung Besar dari Hilirisasi Nikel

Terpopuler Sepekan

Luhut Pamer ke AS, RI Untung Besar dari Hilirisasi Nikel

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 22 Jul 2023 13:15 WIB
Menko Marves Luhut Pandjaitan meyakini RI akan menjadi kekuatan baru ekonomi dunia. Dia melihat ada harapan baru dengan presidensi G20 yang dipegang Indonesia. (YouTube FMB91D_IKP)
Foto: Menko Marves Luhut Pandjaitan meyakini RI akan menjadi kekuatan baru ekonomi dunia. (YouTube FMB91D_IKP)
Jakarta -

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut telah menemui Perwakilan Dagang Amerika Serikat (United States Trade Representative/USTR). Dalam pertemuan itu, Luhut memamerkan keuntungan dari larangan ekspor nikel.

Dari hasil ekspornya saja mulai dari awalnya cuma US$ 2,1 miliar, setelah nikel dihilirisasi kini ekspor mencapai US$ 33 miliar.

"Ini saya jelaskan ke USTR, hei dulu kami ekspor semua mentah sekarang kami banned dan buat ini semua, dulu kami cuma dapat US$ 2,1 miliar, sekarang setelah 6 tahun US$ 33 miliar," ungkap Luhut dalam acara Stranas PK, di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, larangan ekspor nikel dilakukan dalam rangka melakukan hilirisasi nikel. Nikel 'dipaksa' tetap berada di dalam negeri namun ditambah nilainya. Hal ini mendorong sektor industri di Indonesia juga.

Lebih jauh Luhut juga menegaskan kepada USTR bahwa selama ini yang dilarang ekspor cuma nikel mentah saja. Namun, turunannya yang membuat untung lebih besar masih boleh diekspor.

ADVERTISEMENT

Setelah penjelasan itu, Luhut bilang pihak AS baru paham mengapa Indonesia mengambil langkah ekstrem untuk melakukan pelarangan ekspor nikel.

"Saya bilang ke USTR, hey look yang kita banned ini cuma ore aja, tapi precursor katoda turunannya silakan. Dia baru ngerti, bayangkan, negara besar seperti Amerika," ungkap Luhut.

Kepada USTR, Luhut juga memamerkan capaian Indonesia yang berhasil menorehkan neraca perdagangan positif selama 38 bulan berturut-turut. Semua menurutnya terjadi karena digitalisasi dan juga hilirisasi industri.

"Saya kasih tahu USTR, how many country experience this one? Very few dia bilang. Current account kita juga dulu negatif sekarang positif, ini capaian kita," ungkap Luhut.

(eds/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads