Miris! Muhadjir Ungkap Ada Guru Bergaji Rp 200 Ribu/Bulan di Sumbar

Miris! Muhadjir Ungkap Ada Guru Bergaji Rp 200 Ribu/Bulan di Sumbar

Ilyas Fadilah - detikFinance
Selasa, 25 Jul 2023 18:00 WIB
Seorang guru sekolah dasar mengajar pelajaran agama di rumah muridnya di Kelurahan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (15/9/2020). Pembelajaran kelompok kecil di rumah siswa sekali dalam sebulan tersebut sebagai evaluasi penguasan materi pelajaran sekaligus upaya penyegaran agar siswa tidak bosan mengikuti pembelajaran jarak jauh.
Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy menceritakan nasib malang seorang guru honorer di Sumatera Barat, yang hanya mendapat gaji Rp 200 ribu per bulan. Padahal, kata Muhadjir, guru tersebut harus menempuh perjalanan hingga 4 kilometer menuju sekolah.

"Di daerah-daerah yang sangat terpencil, di mana sekolah negeri belum bisa menjangkau ke sana, itu Muhammadiyah bisa lebih duluan. Misalnya di Sambas, kemudian di Sumatera Barat yang sempat viral itu, guru berjalan 4 kilometer ke sekolah dan gajinya hanya Rp 200 per bulan," katanya konferensi pers di di Kantor Muhammadiyah Menteng, Jakarta, Selasa (25/7/2023).

Muhadjir juga menyinggung masalah pendidikan di Indonesia, yaitu terkait daya tampung perguruan tinggi terhadap lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Dari 3,6 juta lulusan SLTA, hanya 32% yang ditampung perguruan tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebutuhan kita terhadap perguruan tinggi masih sangat besar. Karena dari total lulusan SLTA kita yang per tahun sekitar 3,6 juta, itu hanya 32% yang bisa ditampung di perguruan tinggi," tuturnya.

Sisanya, kata Muhadjir, masuk ke dunia kerja. Sayangnya jumlah lapangan kerja yang tersedia juga belum memadai. Hal inilah yang menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran. Muhadjir menyebut masalah seperti inilah yang menjadi perhatian pemerintah.

ADVERTISEMENT

"Sisanya masuk di dunia kerja. Sayangnya di sana nggak ada lapangan kerja yang cukup. Hingga banyak yang mengalami pengangguran, menjadi pengangguran intelek. Yang ini juga sangat menjadi perhatian kita," tutupnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads