Jumlah pengangguran remaja usia 16-24 tahun di China terus mengalami peningkatan. Akibatnya saat ini banyak anak muda asal China yang memilih untuk tinggal di rumah dan bekerja sebagai anak. Lho kok?
Melansir dari CNN, Kamis (27/7/2023), per Juni 2023 angka pengangguran remaja di kota-kota besar terus naik hingga 21,3%. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang masa di China.
Fenomena ini membuat banyak pemuda di sana yang memilih untuk bekerja sebagai 'full time children' atau 'anak penuh waktu'. Profesi ini mengharuskan mereka untuk 'bekerja' sebagai anak dan gajinya berasal dari orang tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini seperti yang dialami oleh Litsky Li (21), seorang lulusan SMA yang saat ini bekerja dan dibayar oleh keluarganya untuk tetap tinggal di rumah. Sehari-hari Li menghabiskan waktunya berbelanja bahan makanan untuk keluarganya di tengah kota Luoyang. Selain itu ia juga bertugas untuk merawat neneknya yang mengalami demensia.
Orang tuanya membayar Li dengan gaji sebesar 6.000 yuan atau setara dengan Rp 12,6 juta per bulan (kurs Rp 2.100/yuan China). Besaran upah itu setara dengan gaji karyawan kelas menengah di daerahnya.
"Alasan mengapa saya berada di rumah adalah karena saya tidak tahan dengan tekanan untuk pergi ke sekolah atau bekerja. Saya tidak perlu pekerjaan dengan gaji lebih tinggi atau kehidupan yang lebih baik," kata Li yang merupakan lulusan SMA.
Mirisnya Li bukanlah satu-satunya pemuda di China yang lebih memilih bekerja sebagai anak daripada bersaing merintis karier. Bahkan Zhang Dandan selaku salah satu profesor di Universitas Peking mengungkapkan setidaknya ada 16 juta anak muda di China hidup 'menganggur' di rumah atau hanya bergantung dari orangtua mereka.
Bila data ini dimasukkan dalam perhitungan sensus tadi, maka tingkat pengangguran remaja sesungguhnya di China saat ini bisa mencapai 46,5%. Angka ini dua kali lipat lebih besar dari angka di atas.
Lihat juga Video 'Pengangguran di China Capai Rekor Tertinggi!':