Pembiayaan utang diambil pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di saat pertumbuhan sedang turun seperti saat pandemi COVID-19. Utang salah satunya dimanfaatkan untuk tambahan belanja membiayai pembangunan, yang kebutuhannya dinilai harus segera diwujudkan tanpa ada penundaan.
"Jadi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini dan yang akan datang secara perhitungan ekonomis adalah manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sharing beban yang ditanggung," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebutuhan belanja yang tidak bisa ditunda seperti penyediaan fasilitas kesehatan, pembangunan infrastruktur, dan ketahanan pangan. Penundaan pembiayaan justru disebut akan mengakibatkan biaya/kerugian yang lebih besar di masa mendatang.
"Jadi pemerintah tetap harus membayar biaya-biaya kebutuhan tersebut walau pendapatan kita terbatas. Utang menjadi alat untuk membayar kekurangan biaya-biaya tersebut," jelasnya.
Proyek-proyek yang dibiayai melalui utang antara lain MRT Jakarta melalui pinjaman luar negeri JICA dengan jumlah pinjaman untuk fase I sebesar 125,2 miliar yen, Waduk Jatigede melalui pinjaman luar negeri dari China sebesar US$ 332,6 juta dan Jalur KA (Double Track) Cirebon-Kroya yang dibiayai melalui SBSN sebesar Rp 800 miliar.
Simak Video "Video Momen DPR Cecar Sri Mulyani: Penghematan Ujung-ujungnya Tambah Utang"
[Gambas:Video 20detik]
(aid/fdl)