Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal lampu kuning alias tanda hati-hati untuk paruh kedua 2023 ini. Hal ini berkaitan dengan timbulnya kondisi ketidakpastian dari komoditas yang disebut-sebut hampir menyerupai dengan momentum 2022 silam.
Menteri yang akrab disapa Ani ini mengatakan, kondisi ketidakpastian rantai pasok global ini disebabkan lantaran per akhir Juli ini Rusia telah mengakhiri perjanjian untuk distribusi di Laut Hitam yang merupakan lalu lintas gandum dan sunflower.
Akhirnya hingga saat ini, Rusia pun tidak mau memperbarui perjanjian untuk kembali membolehkan aktivitas distribusi tersebut. Kekhawatiran pun semakin bertambah dengan ancaman siklus El Nino yang diproyeksikan terjadi pada Agustus-September 2023 dan mengancam ketahanan pangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini berarti bahwa pada paruh kedua tahun ini, kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip 2022. Ditambah dengan nanti Ibu Qori akan membicarakan El Nino, ini akan menjadi sesuatu yang harus kita waspadai pada paruh kedua 2023 ini," katanya, dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal yang disiarkan secara langsung lewat Kanal Youtube Kementerian Keuangan RI, Senin (31/7/2023).
Ani menjelaskan, perang Ukraina-Rusia mendatangkan disrupsi bagi distribusi sejumlah komoditas dari kedua negara itu, utamanya biji-bijian. Kondisi ini berimbas secara global hingga mempengaruhi harga gandum hingga CPO.
Adapun harga komoditas memang mengalami lonjakan semenjak terjadinya perang di Ukraina, terutama di sektor pangan hingga energi. Di energi sendiri, lanjut Ani, pada 2023 harganya mulai mengalami koreksi ke normal, dalam hal ini coal mengalami penurunan 30% dan gas 34%.
Hal yang sama juga terjadi pada komoditas crude palm oil (CPO), yang sempat melonjak naik hingga menyentuh angka US$ 1.733 per ton kini mengalami kontraksi dan kini berada di US$ 864 per ton. Walau demikian, Ani mengatakan trennya pada Juli ini agak merangkak naik.
"Makanya CPO kita pasti kena, meningkat juga. Maka waktu itu krisis minyak goreng terjadi 2022 pada saat awal dari perang Ukraina. Ini yang saya sampaikan bahwa fenomena global akan mempengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia yang harus kita waspadai," ujarnya.
Sebagai informasi, Rusia menarik diri dari kesepakatan Laut Hitam yang memungkinkan ekspor biji-bijian secara aman dari Ukraina melalui Laut Hitam di tengah invasi Rusia. Rusia mengatakan mereka tidak akan mau memperbarui kesepakatan Laut Hitam. Padahal kesepakatan tersebut banyak dinilai sebagai terobosan diplomatis langka yang dapat mencegah terjadinya krisis pangan global.
"Hari ini adalah hari terakhir kesepakatan biji-bijian dan gandum," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov dilansir CNBC, Selasa (18/7/2023).
Kesepakatan Laut Hitam telah berulang kali diperpanjang dalam waktu singkat. Namun nyatanya kesepakatan itu meningkatkan ketidakpuasan Rusia karena membatasi pengiriman penuh ekspor biji-bijian dan pupuk dari negaranya sendiri.
Harga gandum, jagung, dan kedelai perlahan naik karena tidak diperpanjangnya Kesepakatan Laut Hitam. Harga gandum berjangka melonjak 3% pada Senin, mencapai level tertinggi 689,25 sen per gantang, level tertinggi sejak 28 Juni 706,25 sen.
Namun, harga gandum masih tetap jauh di bawah level puncak 1.177,5 sen per gantang yang dicapai pada Mei tahun lalu. Di sisi lain, harga jagung di pasar berjangka juga melonjak hingga 526,5 sen per gantang, sementara kedelai berjangka melonjak hingga 1.388,75 sen per gantang.
Lihat juga Video 'Desa Mijen, Kembangkan Perekonomian dengan Digitalisasi':