PT Brantas Abipraya (Persero) menggelar pelatihan dan sertifikasi Manajemen Risiko sebagai upaya untuk memperkuat pemahaman dan kompetensi Organ Manajemen Risiko. Hal ini dilakukan sebagai wujud semangat untuk memberikan yang terbaik dalam pengelolaan manajemen risiko, sebagaimana BUMN bidang konstruksi ini telah dinyatakan kompeten sebagai Qualified Risk Governance Professional (QRGP) dan Qualified Chief Risk Officer (QCRO).
"Brantas Abipraya memegang teguh prinsip pengelolaan manajemen risiko yang efektif, guna menciptakan perusahaan yang tumbuh berkelanjutan. Sangat disadari juga bahwa manajemen risiko yang baik merupakan salah satu pilar yang memperkuat pencapaian kinerja," ujar Direktur Utama Brantas Abipraya Sugeng Rochadi dalam keterangan tertulis, Selasa (1/8/2023).
Sugeng mengatakan pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip manajemen risiko, kerangka kerja yang terbaik, serta strategi yang relevan merupakan kunci dalam menghadapi tantangan kompleks di era bisnis modern. Ia menyatakan pihaknya terus mendorong Insan Abipraya untuk selalu memberikan kinerja unggul tanpa mengenyampingkan aspek manajemen risiko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia mengatakan pelatihan dan sertifikasi ini akan memberikan pemahaman praktik terbaik dalam struktur tata kelola risiko dan bagaimana mengintegrasikannya dengan strategis bisnis.
Hal itu akan mempersiapkan pemimpin untuk selalu mengutamakan transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap regulasi terkait risiko. Selain itu, ia juga berharap setelah mengikuti pelatihan dan sertifikasi ini, kemampuan para Insan Abipraya dapat berkembang dalam mengelola risiko secara holistik di lingkungan bisnis yang beragam dan cepat berubah.
Di samping itu, ia menerangkan kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas perusahaan dalam menghadapi tantangan bisnis dan pengambilan keputusan strategis yang berorientasi risiko.
Hingga saat ini, ia mengungkapkan Brantas Abipraya telah berhasil meningkatkan berbagai kapasitas yang dimilikinya, seperti pengurangan potensi kerugian bisnis; pengambilan keputusan strategis yang lebih baik; kepatuhan terhadap peraturan dan standar; respons krisis yang efektif; peningkatan efisiensi operasional; dan peningkatan kepercayaan pemangku kepentingan.
"Semoga melalui kegiatan ini Insan Abipraya dapat lebih memahami praktik terbaik dalam struktur tata kelola risiko dan bagaimana mengintegrasikannya dengan strategi bisnis, sehingga dapat mempersiapkan pemimpin dalam memastikan transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap regulasi terkait risiko serta mengembangkan kemampuan peserta dalam mengelola risiko secara holistik dalam lingkungan bisnis yang beragam dan cepat berubah. Tentunya juga dapat meningkatkan kapasitas untuk menghadapi tantangan bisnis," tutup Sugeng.
(ncm/ega)