Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Juli 2023 sebesar US$ 20,88 miliar atau naik 1,36% dibanding Juni 2023.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan angka ini menurun cukup dalam sebesar 18,03% secara tahunan. "Secara bulanan, penurunan nilai ekspor terjadi pada migas, sementara nonmigas masih naik tipis. Secara tahunan keduanya mengalami penurunan nilai ekspor," kata dia dalam konferensi pers, Selasa (15/8/2023).
Untuk ekspor non migas periode Juli 2023 US$ 1,23 miliar atau turun 2,61% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu untuk ekspor non migas pada Juli 2023 mencapai US$ 19,65 miliar atau naik 1,62% dibandingkan bulan sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kinerja ekspor Juli didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas terutama pada barang dari besi dan baja sebesar 47,33%. Kenaikan ekspor nikel dan barang dari padanya sebesar 43,29%, serta berbagai produk kimia naik 11,14%.
Penurunan ekspor migas sebesar 2,61% ini dikarenakan menurunnya nilai ekspor komoditas minyak mentah dan hasil minyak dibandingkan bulan sebelumnya.
"Secara year on year nilai ekspor Juli 2023 mengalami penurunan cukup dalam sebesar 18,03% jika kita bandingkan dengan bulan Juli tahun 2022," jelas dia.
Dia menyebutkan secara tahunan penurunan terjadi baik pada ekspor migas maupun non migas. Penurunan nilai ekspor ini melanjutkan tren yang terjadi sejak awal 2023 seiring dengan menurunnya harga komoditas unggulan di pasar global dibandingkan dengan tahun lalu.
Dalam paparannya, Amalia menjelaskan aktivitas ekspor ini juga terjadi karena kondisi eksternal seperti mitra dagang yaitu China dan Jepang yang tetap tumbuh. Permintaan global tumbuh tinggi. PMI manufaktur negara mitra dagang utama seperti India masih di zona ekspansif.
"Kalau diperhatikan inflasi tahunan Juli 2023 di berbagai negara dagang mitra utama masih terkendali dan mencerminkan daya beli masih terjaga," ujar dia.
Lihat juga Video: Wamendag Akui Batu Bara Jadi Penopang Utama Neraca Perdagangan Negara