Bos kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, dikonfirmasi telah tewas dalam insiden pesawat jatuh pada Rabu (23/8) kemarin di Rusia. Meninggalnya Prigozhin yang mendadak ini membuat bangku kepemimpinan Wagner jadi kosong. Lantas bagaimana nasib kelompok tentara bayaran ini ke depannya?
Melansir dari Reuters, Jumat (25/8/2023), seorang peneliti di AS yang sedang menulis buku tentang Prigozhin bernama John Lechner mengatakan kematian bos Wagner ini tidak akan berpengaruh langsung dan kelompok militan itu untuk saat ini masih bisa beroperasi seperti biasa.
Sebab menurutnya, sebagai kelompok tentara bayaran, setiap misi yang diterima atau tengah dijalankan Wagner berdasarkan kontrak kerja. Artinya walaupun tanpa ada arahan dari Prigozhin, organisasi bersenjata ini akan tetap bekerja berdasarkan kontrak yang sudah ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wagner adalah perusahaan yang mampu bertahan. Ada kontraknya, ini adalah sebuah bisnis dan ini perlu dilanjutkan," kata John.
Menurutnya perusahaan akan tetap sebisa mungkin menjalankan kontrak yang ada untuk menjaga kredibilitas mereka. "Dari segi kredibilitas, (Wagner) akan berusaha memberikan kesan bahwa semuanya berjalan normal," ungkapnya.
Selain itu Wagner sendiri merupakan kelompok tentara bayaran yang banyak membela Rusia dengan beroperasi di wilayah-wilayah konflik termasuk Ukraina,Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah, dan Mali. Hal ini membuat Rusia tidak bisa semerta-merta 'merombak' Wagner sesuka hati mereka.
Sebab pemerintah Rusia tidak memiliki peran militer resmi di negara-negara itu dan tidak dapat melakukan intervensi secara langsung tanpa melanggar embargo senjata PBB. Artinya keterlibatan Rusia di sana masih harus melalui Wagner atau lembaga serupa.
Tidak ingin kehilangan pengaruh di negara-negara itu, pemerintah Rusia tentu perlu 'menjaga' Wagner. Hal-hal inilah yang membuat Wagner masih bisa beroperasi secara normal dalam jangka waktu tertentu. Selebihnya tinggal bagaimana kelompok ini dapat ditangani pemerintah Rusia.
(fdl/fdl)