India berencana menyetop ekspor gula industri atau rafinasi pada bulan Oktober 2023. Langkah ini dilakukan karena produksi atau panen tebu yang menurun akibat cuaca panas di negara tersebut.
Sumber dari pemerintah India yang tak ingin menyebutkan namanya mengatakan rencana penyetopan ekspor gula rafinasi ini juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Apalagi saat ini harga gula industri di India telah melonjak tajam.
"Fokus utama kami adalah memenuhi kebutuhan gula lokal dan memproduksi etanol dari kelebihan tebu. Jadi di musim mendatang, kuota ekspor gula tidak akan ada," ujarnya dikutip dari CNBC, Jumat (25/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan harga gula industri dikhawatirkan akan mendorong angka inflasi di India. Inflasi ritel di India melonjak ke level tertinggi dalam 15 bulan sebesar 7,44% di bulan Juli dan inflasi makanan menjadi 11,5% yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Rencana India untuk menyetop ekspor gula ini diprediksi juga akan meningkatkan harga acuan gula internasional. Terutama harga acuan gula rafinasi di New York dan London yang telah mengalami kenaikan cukup tinggi beberapa tahun terakhir.
Untuk tahun ini hingga September jumlah ekspor gula yang diizinkan pemerintah hanya 6,1 juta ton. Angka itu menurun tajam dari tahun lalu sejumlah 11,1 juta ton.
"Kami telah mengizinkan pabrik untuk mengekspor gula dalam jumlah besar selama dua tahun terakhir. Tetapi kita juga harus memastikan pasokan yang cukup dan harga yang stabil," kata sumber ketiga dari pemerintah.
Sementara tahun ini, musim kemarau membuat produksi gula menurun. Produksi gula India diprediksi turun 3,3% menjadi 31,7 juta ton pada musim 2023-2024. Bahkan, penurunan diprediksi akan berlangsung hingga tahun 2025.
Sebelumnya, India juga telah menyetop ekspor beras putih non-basmati. Hal ini tentu mengejutkan sejumlah negara yang bergantung ekspor beras dari India.
(ada/rrd)