Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury mengingatkan dampak buruk dari gejolak geopolitik dunia. Menurutnya, gejolak geopolitik menyebabkan ASEAN rugi hingga US$ 17 miliar setiap tahun atau Rp 258 triliun (kurs Rp 15.200)
Secara menyeluruh, gejolak geopolitik memperburuk keadaan ekonomi global sejak 2020. Inflasi tercatat naik tiga kali lipat dari 1,9% menjadi lebih dari 8%. Pertumbuhan ekonomi global juga hanya di kisaran 3%.
"Sekarang kita melihat adanya peningkatan inflasi global tiga kali lipat sejak 2020. Dari sekitar 1,9% menjadi lebih dari 8%. Dan pertumbuhan ekonomi global hanya tumbuh sekitar 3%. Dan kita melihat gangguan tersebut, yang disebabkan gejolak geopolitik itu telah merugikan US$ 17 miliar untuk ASEAN setiap tahun," katanya dalam acara ASEAN Business & Investment Summit di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Senin (4/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini dunia hidup di tengah ancaman perfect storm dan tidak dalam kondisi baik-baik saja. Belum lagi ancaman iklim yang sedang dihadapi masyarakat global.
Menurut Pahala, tidak ada cara lain menyikapi ini selain bekerja sama dan berkolaborasi. Ia meminta pemangku kepentingan seperti pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta.
"Hal ini didorong ketidakpastian yang dipicu gejolak geopolitik dan juga ketidakpastian ekonomi. Tidak ada cara lain bagi kita, pemangku kepentingan harus bekerja sama. Baik dari pemerintah dan pelaku bisnis," imbuhnya.
Kerja sama juga harus memastikan bahwa pemulihan ekonomi jangka panjang terpenuhi, demi memastikan manfaat di masa depan. Menurutnya ASEAN cukup siap melakukan itu, dengan berbagai pengalamannya di kancah global.
"ASEAN cukup aktif berkontribusi memberikan solusi lewat inisiasi berbagai dialog, selama lebih dari 5 dekade ASEAN telah membangun regional yang inklusif berdasarkan kolaborasi," pungkasnya.
(ily/ara)