Dukung Kerja Sama Multilateral ASEAN, RI Jadi Tuan Rumah Dialog RCEP

Dukung Kerja Sama Multilateral ASEAN, RI Jadi Tuan Rumah Dialog RCEP

Erika Dyah - detikFinance
Jumat, 08 Sep 2023 14:40 WIB
Ketua Dewan Penasehat Bisnis ASEAN (ASEAN-BAC) sekaligus Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid
Foto: Dok. KADIN
Jakarta -

Ketua Dewan Penasehat Bisnis ASEAN (ASEAN-BAC) sekaligus Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid menegaskan perlu tindakan nyata untuk mencapai pembangunan global. Salah satunya, dengan mendukung kerja sama multilateral di regional termasuk ASEAN.

"Diperlukan tindakan utama untuk mencapai pembangunan global. Melalui visi kesejahteraan yang sama, kami berharap ASEAN dan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dapat mencapai tujuan kita bersama untuk memajukan ASEAN," kata Arsjad dalam keterangan tertulis, Jumat (8/9/2023).

Dalam mewujudkan hal tersebut, digelar Dialog Meja Bundar Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dengan Indonesia sebagai tuan rumahnya di Hotel Sultan Jakarta pada Rabu (6/9). RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan 10 negara anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) serta 5 negara mitra yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"ASEAN mendorong efisiensi pada kegiatan ekonomi untuk mendukung kerja sama multilateral. Kami menantikan masukan dari para CEO mengenai tantangan serta bagaimana kami dapat memberikan kontribusi kepada ASEAN dan RCEP," tuturnya.

Arsjad menjelaskan Dialog Meja Bundar RCEP adalah perpanjangan eksklusif KTT Investasi Bisnis ASEAN. 40 perusahaan dari 15 negara, baik ASEAN maupun negara-negara mitra dialog, turut serta dalam diskusi yang akan menggali berbagai potensi ASEAN melalui RCEP.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan RCEP sebagai kemitraan ekonomi modern, komprehensif, berkualitas tinggi, dan saling menguntungkan ini dibangun di atas perjanjian bilateral ASEAN bersama 5 mitra Free Trade Agreement (FTA).

Sebagai inisiatif strategis, menurutnya RCEP berperan penting untuk mendorong integrasi ekonomi regional. Hal ini meliputi sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) global dan sepertiga populasi dunia.

"Saat ini, kontribusi RCEP hanya sekitar 2% dari total aktivitas perdagangan negara-negara anggotanya. RCEP memiliki potensi besar untuk meningkatkan aliran perdagangan di wilayah ini. KTT ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan negara-negara terkait untuk bersatu dalam menghadapi beragam tantangan global," jelasnya.

Sementara itu, Mitra Manajemen Kantor McKinsey & Company untuk Asia Tenggara Kaushik Das mengungkapkan kini saatnya ASEAN bersinar. Ia menilai RCEP menjadi sinyal kuat dukungan wilayah ini bagi sistem perdagangan multilateral.

"RCEP akan menempatkan ASEAN di garis depan pemulihan ekonomi global. Ini akan mendorong pelaku bisnis di wilayah ini untuk mengambil tindakan besar yang dapat menciptakan ekosistem berkelanjutan dan inklusif," terang Kaushik Das.

Ia merinci panel diskusi yang digelar Khoon Tee Tan, mitra manajemen McKinsey & Company untuk Indonesia, ini menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain Anggota Dewan ASEAN BAC, Ketua & Mitra Pendiri Ikhlas Capital Tan Sri Mohamed Nazir bin Tun Abdul Razak, Ketua Kamar Dagang & Industri Filipina George T. Barcelon, dan Manajer Kebijakan ASEAN-BAC bidang Fasilitasi Perdagangan serta Ketua Komite Tetap KADIN mengenai Perjanjian Internasional Anne Patricia Sutanto.

Diskusi tersebut membahas langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mencapai tujuan RCEP. Serta menjelaskan peluang dan tantangan yang dihadapi, juga langkah-langkah strategis yang dapat ditempuh untuk mewujudkan visi RCEP.

Sebagai puncak acara, Task Force Gabungan RCEP dicanangkan untuk menghimpun donasi para pemimpin industri dari negara-negara anggota RCEP. Hal ini dilakukan guna mempercepat visi RCEP dan membuka jalur perdagangan bernilai lebih dari US$ 100 miliar setiap tahun hingga tahun 2030.

(akd/akd)

Hide Ads