Kementerian Perhubungan menjalin kerja sama dengan Singapura dan Malaysia soal keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka. Selat Malaka dinilai mempunyai peran penting di jalur pelayaran dunia.
Dalam acara ASEAN Hydrographic Survey Workshop Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto mengungkapkan Selat Malaka dan Selat Singapura menjadi jalur pelayaran yang sempit, tapi padat lalu lintas. Oleh sebab itu, muncul kekhawatiran yang semakin besar terhadap keselamatan navigasi pelayaran dan dampaknya terhadap lingkungan laut pada kedua selat tersebut.
"Untuk mengatasi kekhawatiran ini, Negara-Negara Pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura telah menjalin kerjasama untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut dari dampak negatif kegiatan pelayaran," katanya dalam siaran pers, dikutip Kamis (14/9/2023)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, workshop tersebut dihadiri oleh Ambassador of the Mission of Japan to ASEAN, Deputy Secretary General for ASEAN Economic Community, ASEAN Secretariat, Negara Anggota ASEAN, serta organisasi Internasional dan stakeholder yang mempunyai kepentingan di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Lebih lanjut lagi, Novie menjelaskan workshop ini menjadi salah satu upaya untuk melanjutkan pembahasan dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura.
"ASEAN Hydrographic Survey 2023 ini merupakan proses akhir dari Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Jepang dengan 3 Negara Pantai (Indonesia, Malaysia dan Singapura) untuk bekerjasama dalam melaksanakan survey hidrografi di sepanjang Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Malaka dan Selat Singapura dengan biaya dari Pemerintah Jepang melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) yang ditandatangani pada tahun 2017," imbuhnya.
Fokus utamanya adalah untuk mensosialisasikan Electronic Nautical Chart versi terbaru Selat Malaka dan Selat Singapura. Versi terbaru ini, menurutnya, dikembangkan oleh 3 Negara Pantai dan didukung oleh Jepang, memberikan informasi penting tentang perairan dalam, posisi bangkai kapal, terumbu karang, serta bebatuan di perairan.
"Informasi ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi kapal-kapal yang berlayar melalui Selat Malaka dan Selat Singapura serta tentunya berkontribusi terhadap keselamatan maritim," jelasnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Antoni Arif Priadi, menekankan pentingnya Selat Malaka dan Selat Singapura sebagai salah satu jalur pelayaran paling strategis di dunia.
Menurutnya, volume lalu lintas yang panjang dan karakteristik geografis dari kedua selat tersebut menjadi tantangan bagi Negara Pantai, seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura . Oleh karena itu, ketiga negara tersebut menjalin kerja sama untuk memastikan terselenggaranya keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan di kedua selat tersebut.
"Ketiga Negara Pantai bersama dengan Malacca Straits Council Jepang memprakarsai proyek Survei Hidrografi Bersama untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di wilayah tersebut," terangnya.
Dia menambahkan data-data yang dikumpulkan dari survei inilah yang digunakan untuk menghasilkan peta navigasi elektronik yang lebih terkini dan terperinci dan diharapkan dapat meningkatkan keselamatan navigasi pelayaran serta memungkinkan perencanaan pelayaran yang lebih baik di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Workshop in sendiri, lanjut Capt. Antoni, merupakan tindak lanjut dari 3rd Extraordinary Session of the Implementation Committee Meeting yang digelar pada tanggal 26 sampai 27 April 2023 di Singapura.
"Untuk itu, pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Jepang, juga kepada Malacca Strait Council, atas komitmen kuatnya dalam mendukung ketiga Negara Pantai meningkatkan keselamatan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura," ucapnya.
Dia juga menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Negara-negara Anggota ASEAN untuk terus terlibat aktif dalam upaya menciptakan jalur pelayaran internasional yang aman, terjamin, dan terlindungi secara lingkungan di kawasan.
"Saya percaya bahwa semua masalah termasuk kekhawatiran bersama terkini di Selat Malaka dan Selat Singapura dapat diselesaikan dengan cara terbaik dengan memperkuat kerja sama dan kolaborasi kita, tidak hanya di antara Negara Pantai tetapi juga melalui dukungan nyata dari seluruh Negara Anggota ASEAN dan pengguna terkait lainnya," tambahnya.
(kil/kil)