Ini Dia Penyebab UMKM di RI Susah buat Naik Kelas

Ini Dia Penyebab UMKM di RI Susah buat Naik Kelas

Samuel Gading - detikFinance
Jumat, 15 Sep 2023 16:02 WIB
Ilustrasi Bisnis UMKM
Ilustrasi UMKM - Foto: Shutterstock
Jakarta -

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) saat ini masih mengalami kesulitan untuk naik kelas. Ketua Bidang Pendanaan Dewan Kerajinan Nasional Suzana Ramadhani mengungkapkan UMKM merupakan tumpuan ekonomi Indonesia.

Selain itu UMKM juga menjadi salah satu sektor yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Karena itu UMKM merupakan pilar yang kokoh di tengah situasi apapun.

Suzanna yang juga istri dari Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan terdapat setidaknya tiga hal yang selalu dihadapi pelaku UMKM. Ketiganya adalah kapasitas, finansial, dan ketersediaan pasar. Tiga faktor ini menurutnya sudah melekat di sektor tersebut sejak berpuluh-puluh tahun silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kapasitas, finansial, dan ketersediaan pasar. Tiga hal ini sepertinya sudah puluhan tahun dihadapi. Karena itu kita undang saudara-saudara sekalian dalam agenda ini untuk mendiskusikan hal tersebut," ucap dia dalam acara Kriyanusa di JCC, Jumat (15/9/2023).

Jika tiga hal tersebut sudah diatasi, Suzanna menilai akan semakin mudah bagi UMKM untuk membuat produk ciri khas bangsa Indonesia atau national brand. Dalam kondisi ideal, citra produk dalam negeri yang kuat akan menguatkan permintaan ekspor.

ADVERTISEMENT

Sekaligus membuat masyarakat Indonesia lebih mencintai produk yang diolah bangsanya sendiri. "Kita yang pakai, kita yang jual sendiri. Sudah cukup dengan pola pikir rumput tetangga lebih hijau," tegas Suzanna.

Menanggapi Suzanna, co-founder Du Anyam, Hanna Keraf, memberi kisi-kisi solusi tiga persoalan tersebut. Dalam aspek kapasitas, Hanna menjelaskan pelaku UMKM bisa memulai dengan mencoba konsisten menghasilkan produk yang berkualitas dan menyediakan produk tepat waktu.

Adapun dalam aspek finansial, ia menjelaskan pelaku UMKM bisa berkolaborasi dengan Aggregator atau perusahaan yang menampung ragam produk UMKM, untuk mengonsolidasikan pembiayaan tergabung.

Sementara dalam aspek pasar, ia menjelaskan bahwa permintaan terhadap ragam produk UMKM di pasar internasional saat ini masih tinggi. Salah satu contohnya adalah sektor kriya.

"Permintaan kriya sangat besar karena ada kearifan lokal yang sudah turun menurun. Serat alam adalah kekayaan Indonesia yang tidak dimiliki negara-negara lain. Tapi memang perlu ditonjolkan apa yang membuat produk (UMKM) itu menarik. Apa cerita di baliknya dan sebagainya. Karena itu perlu kolaborasi untuk meningkatkan kapasitas," jelas Hanna.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads