CEO General Electric (GE) Indonesia, Handry Satriago, meninggal dunia di usia 54 tahun pada Sabtu (16/9/2023) di kediamannya sekitar pukul 07.50 WIB. Kabar duka ini telah dikonfirmasi oleh salah seorang sahabat Handry, Satya Heragandhi.
Kabar duka ini tentu memberikan kesedihan bagi teman-teman dan kerabatnya. Terlebih Handry merupakan tokoh inspiratif yang meraih kesuksesan di tengah kondisinya yang mengandalkan kursi roda.
Dalam catatan detikcom, pria kelahiran Pekanbaru, Riau, 13 Juni 1969 itu sudah lebih dari 30 tahun duduk di atas kursi roda lantaran kanker getah bening yang dideritanya sejak usia 17 tahun.
Meski sempat terpuruk di masa-masa awal, namun akhirnya Handry bangkit dan memutuskan untuk "berlari" dari atas kursi roda. Karena kegigihan yang berlapis mental baja, Handry berhasil mencapai banyak hal dalam hidupnya.
Tahun 2010, di usia 41 tahun, Handry dipercaya untuk memimpin GE Indonesia, menjadikannya CEO termuda dalam seabad lebih sejarah perusahaan yang didirikan oleh penemu bola lampu Thomas Alva Edison tersebut.
Hal yang lebih membanggakan lagi buat Handry adalah dia merupakan produk asli Indonesia, dalam artian dia lahir dan dibesarkan di Indonesia serta mengenyam pendidikannya dari SD hingga S3 di Indonesia. Dalam organisasi bisnis kelas dunia seperti GE yang sangat kompetitif, bersaing dengan mereka yang mengenyam pendidikan di luar negeri tentunya bukan perkara mudah.
"Saya produk asli Indonesia. Tidak ada yang salah dengan itu, dan saya bisa bersaing dengan yang lain," ujar Handry, sebagaimana dikutip dari pemberitaan detikcom pada 2015 lalu.
Hebatnya lagi, kebanggaan itu tidak dia nikmati sendiri. Dia berupaya agar GE Indonesia dipenuhi oleh orang-orang Indonesia yang bangga bekerja untuk berkontribusi bagi Indonesia. Dan dia berhasil.
"Sekarang hampir semua pegawai GE Indonesia adalah orang Indonesia," kata pria yang gemar membaca novel ini.
Handry Satriago menggenggam mimpi untuk berkontribusi memajukan Indonesia dengan mencetak orang-orang muda yang memiliki kemampuan memimpin. Karena itulah dengan senang hati dia meluangkan waktunya untuk keliling Indonesia guna berbagi dengan orang-orang muda.
"Pada akhirnya, tugas pemimpin adalah mencetak pemimpin-pemimpin yang lain," ujarnya penuh semangat.
Dalam pemberitaan yang berbeda, pada 2014 lalu Handry mengaku butuh 13 tahun untuk bisa menggapai mimpinya menjadi pimpinan di General Electric Indonesia. "13 tahun saya bekerja dari staf menjadi CEO hingga saat ini. Salah satu produk perusahaan kami adalah mesin pesawat," katanya.
(eds/eds)