Penulis Buku 'Rich Dad Poor Dad', Robert Kiyosaki memberikan bocoran tentang kapan waktu yang tepat untuk bisa menjadi kaya raya. Dalam hal ini, ia mengingatkan betapa pentingnya memanfaatkan peluang saat terjadinya market crash alias keruntuhan pasar saham.
Menurutnya, market crash menjadi momentum yang tepat untuk dimanfaatkan kalau mau menjadi kaya raya. Adapun saat ini, pasar yang tengah menhadapi kehancuran ialah pasar real estate.
Dilansir dari Business Insider, Sabtu (23/9/2023), Robert Kiyosaki membagikan pandangannya itu lewat akun X (dulunya Twitter) pribadi miliknya beberapa pekan lalu. Pakar pasar ini memperingatkan akan terjadinya gejolak di sektor real estate dan menyeret nama layanan peyedia jasa sewa rumah, Airbnb.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"AIR B&B akan memimpin kehancuran pasar yang sebenarnya. Jika Anda menginginkan rumah baru, hari-hari bahagia Anda sudah dekat," tulis Kiyosaki, dalam unggahannya itu.
"Sama halnya dengan properti sewaan. Waktu terbaik untuk menjadi kaya adalah saat kehancuran. Semoga beruntung," lanjutnya.
Pakar pasar modal ini tak menjelaskan secara rinci mengapa Airbnb akan menyebabkan kehancuran pasar. Namun menurutnya, penurunan pasar sewa jangka pendek dapat memicu kehancuran real estate.
Kondisi itulah yang tengah melanda Airbnb. Airbnb baru-baru ini mengalami penurunan jumlah unit jangka pendek sebesar 70% di New York City, pasca undang-undang baru disahkan. Regulasi ini mengharuskan pemilik Airbnb untuk mendaftar ke kota tersebut jika mereka berencana untuk menyewakan rumah mereka dengan sewa kurang dari 30 hari.
Unggahan tersebut mencerminkan kekhawatiran akan terjadinya 'Airbnbust', sebuah krisis di mana pemilik Airbnb dapat terdorong untuk menjual properti mereka karena rendahnya keuntungan di pasar sewa jangka pendek atau karena peraturan yang lebih ketat di kota-kota besar. Beberapa pengamat berpendapat, gelombang penjualan yang dilakukan pemilik Airbnb dapat memicu koreksi pada harga rumah bergaya tahun 2008.
Kondisi ini juga didukung dengan sebuah unggahan viral di media sosial X pada Juni lalu, yang mengklaim keuntungan sewa Airbnb telah anjlok lebih dari 40% di kota-kota metropolitan besar. Namun hal ini dibantah oleh sebuah penelitian dari perusahaan analitik AirDNA. Isisnya, ditemukan pendapatan rata-rata per sewa yang tersedia sebenarnya hanya menurun 3,6% selama setahun terakhir.
Selain itu, pasar persewaan di luar platform seperti Airbnb juga tampaknya relatif baik. Data Redfin menunjukkan, harga sewa hampir mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan lalu, berkat persaingan yang ketat di tengah terbatasnya pasokan.
Hal senada juga disampaikan Juru Bicara Airbnb. Menurutnya, regulasi baru itu tak memberatkan para pelaku usaha. "NYC adalah pendekatan yang berbeda terhadap peraturan sewa jangka pendek. Sebagian besar kota di AS sudah memiliki peraturan sewa jangka pendek, namun tidak ada yang mengambil pendekatan yang memberatkan. NYC membahas topik ini," ujar Juru Bicara Airbnb, kepada Business Insider.
Selain itu, ia menambahkan bahwa pada 2022 lalu tidak ada satu kota pun selain New Yourk City (NYC) yang menyumbang lebih dari 1,5% pendapatan Airbnb. Sejalan dengan catatan hasil keuangan kuartal II, Airbnb kini lebih kuat dan lebih menguntungkan dibandingkan sebelumnya.
(shc/fdl)