Harga Emas di China Naik Gila-gilaan, Ternyata Ini Pemicunya

Harga Emas di China Naik Gila-gilaan, Ternyata Ini Pemicunya

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 27 Sep 2023 21:45 WIB
Pabrik Krastsvetmet di kota Krasnoyarsk, Rusia, memproduksi ragam jenis logam mulia mulai dari emas batangan hingga paladium.
Ilustrasi emas.Foto: REUTERS/Alexander Manzyuk
Jakarta -

Harga Emas di China terus melonjak dalam sebulan terakhir. Bahkan harga logam mulia di Negeri Tirai Bambu ini jauh lebih tinggi dari dibandingkan harga patokan global.

Melansir laporan Bloomberg, Rabu (27/9/2023), hal ini dipicu kondisi ekonomi China yang sedang tidak stabil. Melemahnya nilai mata uang Yuan, jatuhnya pasar properti, dan berbagai permasalahan lain membuat para investor di negeri itu beralih ke emas.

"Dengan jatuhnya yuan, pasar properti merosot dan kontrol modal menghalangi uang keluar negara, investor membeli emas," ungkap ekonom Bloomberg David Qu dan Chang Shu dalam sebuah laporan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tertinggi pada September 2023 ini harga emas di China lebih mahal US$ 100 per troy ounce atau sekitar Rp 1,55 juta (kurs Rp 15.500 per dolar AS). Padahal biasanya selisih harga logam mulia di negara itu hanya sampai US$ 6 (Rp 93 ribu) dengan nilai pasar global.

Bahkan, per hari ini harga satu ons emas di Shanghai sebesar US$ 2.007 (Rp 31 juta) atau 6 persen lebih tinggi dari harga emas London atau New York. Hal ini menunjukan bagaimana kondisi ekonomi di sana sedang sangat memprihatinkan dan logam mulia itu jadi sangat diminati saat ini.

ADVERTISEMENT

Masih berdasarkan laporan Bloomberg, fenomena ini berbanding terbalik dengan kondisi pada awal tahun ini, ketika perlambatan ekonomi di China malam meredam minat masyarakat pada logam mulia.

Dijelaskan saat itu perlambatan ekonomi di Tiongkok malah membuat masyarakat dan investor untuk menghemat uang tunai mereka. Artinya saat itu tidak banyak yang ingin membelanjakan dana yang mereka miliki, termasuk untuk membeli emas.

Selain itu peningkatan nilai emas di Shanghai juga terjadi sebelumnya pada Juni 2023 kemarin. Hal ini terjadi akibat respon investor terhadap pembatasan impor yang dilakukan oleh bank sentral China (PBOC) yang mungkin mencoba menopang nilai yuan dengan mengurangi kebutuhan dolar untuk membeli emas.

Namun nyatanya saat ini, penurunan nilai mata uang Yuan malah memberikan efek sebaliknya, karena para investor malah memburu aset-aset dalam mata uang dolar untuk mempertahankan nilai.




(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads