Pesona Pasar Cipadu sebagai pusat tekstil di Kota Tangerang, Banten mulai pudar kalah melawan toko-toko online. Hal ini terlihat dari sepinya pengunjung yang datang ke pasar ini.
Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, Selasa (3/10/2023), pada pukul 11.30 WIB aktivitas pasar tekstil yang terletak di sepanjang jalan KH. Wahid Hasyim ini sangat sepi. Hal terlihat dari sepinya pengunjung yang mengitari area pasar.
Sejauh mata memandang, tidak terlihat ada kegiatan jual-beli yang mencolok baik dari pembeli maupun pedagang. Terlihat hanya ada toko-toko dengan kain tekstil terpajang di tengah teriknya matahari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki kawasan pasar, terlihat toko-toko di kawasan ini tertata dengan rapih. Sebagian besar toko menjual berbagai jenis bahan tekstil yang di pajang hingga ke depan toko. Hanya ada satu-dua pengunjung saja yang lalu-lalang di kawasan pasar. Kondisi ini membuat pasar juga sangat sepi dan senyap.
Bahkan berbeda dengan pasar pada umumnya di mana para penjual menawarkan barang dagangannya saat pengunjung melintas, saat mengitari kawasan ini detikcom menemui para pedagang hanya duduk di toko-nya masing-masing.
Tidak hanya sepi pengunjung, di beberapa titik pasar juga terlihat sepi penjual. Hal ini terlihat dari banyaknya toko yang ditutup, secara khusus di area Pusat Grosir Aryamatex Kospin Jasa.
Di sepanjang koridor area ini detikcom menemui ada sejumlah toko yang tutup. Kondisi ini menunjukkan bagaimana Pasar Cipadu Tangerang mulai ditinggal pembeli.
Sejak Kapan Pasar Cipadu Sepi?
Salah seorang pemilik toko kain bahan pakaian, Ferdian (52), mengaku kondisi sepi pengunjung ini mulai terjadi usai Hari Raya Lebaran pada April 2023 kemarin. Sejak itu geliat usaha di pasar ini mulai merosot hingga kini jadi sangat sepi.
"(Pasar Cipadu) sepi sejak habis lebaran kemarin lah, sampai sekarang sepi. Iya sepinya separah ini, ini aja belum laris (belum ada pembeli)," kata Ferdian saat ditemui detikcom, Selasa (3/10/2023).
![]() |
Ferdian mengatakan biasanya toko bahan miliknya melayani para penjahit pakaian. Namun karena para penjahit ini juga sedang sepi pembeli, akibatnya barang dagangannya pun ikut sepi.
Bahkan saking sepinya pasar saat ini, ia mengaku jarang melihat pembeli yang melintasi atau berkeliling di pasar ini. Untungnya ia masih bisa mendapat satu-dua pembeli untuk bertahan hidup.
"Kalau di sini kan rata-rata yang belanja ke tempat saya ini orang tailor (penjahit baju) ya, jadi karena orang tailor sepi ya sepi juga lah kita. Orang belanja pun nggak ada, lewat pun nggak nampak. Iya kan nampak itu nggak ada yang lewat," jelasnya sedang nada lesu.
Ferdian juga menyebut kondisi Pasar Cipadu yang sepi pembeli ini tidak hanya terjadi di hari kerja. Namun saat hari weekend Sabtu-Minggu, pusat tekstil di Tangerang ini malah makin kosong melompong.
"Biasanya kalau orang dagang di pasar sini ramainya Sabtu-Minggu, ini hari Minggu-Sabtu ini yang paling sepi sekarang. Kebalik gitu ya, kalau dulu mah ramai Sabtu-Minggu itu," ungkap Ferdian.
Pedagang kain bahan pakaian lain, Ifrizal (53), mengatakan penurunan jumlah pengunjung sudah melandai sejak pandemi hingga saat ini. Ia menjelaskan terakhir pasar baru ramai saat sebelum puasa hingga lebaran kemarin.
"Kalau kondisi pasar semuanya sepi lah. Sepinya itu mungkin dimulai dari covid kali, habis itu ke sininya sepi terus, nggak sesuai target penjualan lah," tuturnya.
"Kalau lebaran itu pasti ada, tapi karena di sini kan toko bahan, kenaikannya itu justru sebelum puasa. Kalau dah puasanya justru nggak begitu, biasa aja. Karena kalau sudah puasa itu nggak kekejar produksinya (untuk lebaran). Setelah puasa ramai lagi orang buat pesta, buat seragam," jelas Ifrizal lagi.
Omzet Pedagang Terjun Bebas!
Ferdian yang sudah menjual berbagai kain bahan pakaian di pasar ini selama 22 tahun mengaku kondisi pasar yang sangat sepi ini membuat hasil jualannya hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Bahkan saat berbincang dengan detikcom, ia mengaku belum mendapat pembeli sama sekali.
"Ya kalau untuk sekarang (hari ini) belum ada penglaris. Biasanya ada penglaris cuma ya hanya untuk hidup lah, bertahan kekmana bertahan hidup," kata Ferdian kepada detikcom di Pasar Cipadu, Selasa (3/10/2023).
Menurutnya, pusat tekstil di Kota Tangerang yang kini sepi membuat omzet penjualannya terjun bebas hingga lebih dari 80%. Bahkan Ferdian mengaku hasil penjualan hariannya dapat dengan mudah mencapai Rp 5 juta, namun saat ini hanya di kisaran Rp 500 ribu saja sudah sangat susah.
"(Omzet) bukan turun lagi. Kalau kita dagang sekarang ya untuk biaya hidup. Kalau persen ya di atas 80% lah. Dulu nyari duit Rp 5 juta sehari dah enak ya (mudah), sekarang cari duit Rp 500 ribu aja susah," tambahnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh Ifrizal. Ia mengatakan penurunan jumlah pengunjung sudah melandai sejak pandemi hingga saat ini, dan membuat omzet dagangannya turun hingga 60%.
"Ya pasti kalau pasar sepi pasti ada penurunan Omzet, sekitar 60% nan lah. Yang penting nutupin buat anggota (karyawan) buat di rumah cukup. Tapi saya pribadi, seperti orang-orang saya dengar sepinya sampai nggak ada penglaris, kalau saya pribadi sehari-hari Alhamdullilah nggak ada yang sampai ngeluarin duit kantong (rugi)," ungkap Ifrizal.
Beruntung, dalam sehari ia mengaku masih meraih omzet di atas Rp 5 juta sehari. Bila di bawah itu, terlebih saat di kisaran Rp 1 juta sehari, ia akan rugi mengingat tokonya mempekerjakan 5 orang pegawai.
"Rp 5 jutaan sehari ada. Kalau Rp 1 juta (sehari) saya rugi, karena karyawan saja ada 5. Kalau Rp 1 juta itu istilahnya buat operasional belum ini (nutup)," ujarnya.
Ifrizal mengaku kondisi ini masih bisa ia pertahankan berkat adanya sejumlah pedagang online yang membeli bahan kerudung di tokonya. Dari sana para penjual online ini memberi merek dan memasarkan produknya sendiri.
Selain itu Ifrizal juga mengaku masih memiliki sejumlah langganan yang masih sering memesan kain dari tokonya. Pemesanan biasanya dilakukan via telepon atau pesan WA.
Namun karena hal ini, banyak pembeli yang hanya memesan bahan yang mereka butuhkan saja. Lebih jauh, saat ditawari kain atau bahan lain banyak langganannya yang menolak untuk tambah pesanan.
Pedagang Pasar Cipadu Gagal Ikut Jualan Online
Melihat kondisi ini, sejumlah pedagang pasar sudah berusaha untuk ikut berjualan secara online guna menaikkan penjualan yang kian melandai. Sayang usaha berjualan online ini juga tidak membuahkan hasil.
Ferdian Ia mengaku sudah ikut menjajakan dagangannya di banyak platform e-commerce Tanah Air, namun usaha online-nya itu tidak bisa berjalan.
"Saya aja ikut online nggak jalan. Semua saya ikut, Lazada, Shopee, TikTok, Tokopedia, nggak jalan semuanya. Ya nggak jalan," curhat Ferdian.
Menurutnya persaingan di toko online sudah tidak sehat. Banyak toko yang menjual harga produk dengan harga yang sangat murah hingga membuat harga pasar hancur.
"Kalau di masalah TikTok sekarang siaran langsung gitu, biasanya di situ yang orang banyak jualan. Cuma harga hancur-hancuran. Misalnya kita jual Rp 50 ribu kan, di sana lebih murah. Makanya susah (jualan online)," jelasnya.
Sementara itu Ifrizal mengatakan belum berjualan secara online karena merasa barang yang dijualnya tidak memiliki pasar. Sebab produk yang ia jajakan buka pakaian jadi, namun kain bahan untuk produksi pakaian.
"Saya kebetulan belum, baru rencana tapi mungkin dengan produk yang lain (bukan jual kain bahan) karena buat ngimbangin pasar kaya gini (sepi pengunjung) ya kita harus online cuman baru persiapan," ungkap Ifrizal.
Rencananya ia akan memanfaatkan kain bahan yang dijualnya untuk dijadikan produk siap pakai, seperti baju koko atau blues. Sebab Ifrizal merasa tidak bisa jualan kain bahan secara online.
"Kalau bahan susah online-nya, pertama gini bahan itu nggak bisa retur. Karena sudah dipotong nggak bisa dibalikin. Karena harga potongan sama roll-an itu harganya beda," katanya.
"Umpama belanja bahan 2 meter nanti kembali (retur), saya 2 meter itu nggak bisa jual. Nanti ada yang beli 1,5 meter itu sisa setengah meternya mau dikemanakan? Ada yang minta 2,5 meter saya gimana? kan bahan itu sudah beli 2,5 nggak bisa 2 meter tambah setengah kan nggak bisa," jelas Ifrizal lagi.
(rrd/rir)