Kilau Batu Akik Meredup, Jakarta Gems Center Ngos-ngosan Cari Pembeli

Kilau Batu Akik Meredup, Jakarta Gems Center Ngos-ngosan Cari Pembeli

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 13 Okt 2023 07:00 WIB
Jakarta Gems Center
Jakarta Gems Center - Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Jakarta Gems Center sudah sejak lama disebut-sebut sebagai pasar batu mulia terbesar di ASEAN. Lokasi ini pernah booming dan sangat ramai saat musim batu akik sedang tren beberapa tahun silam.

Sayangnya kilau batu akik makin meredup, membuat pasar ini sepi pembeli. Lantas bagaimana kondisi Jakarta Gems Center sekarang?

Kondisi Jakarta Gems Center Saat Ini

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan pengamatan detikcom di lokasi, Kamis (12/10/2023), pasar ini terletak Jl. Bekasi Barat, Jakarta Timur. Lokasinya tepat di seberang pintu masuk Stasiun Jatinegara.

Di depan gedung pasar berdiri patung tiga cincin berwarna emas lengkap dengan batu akik berbagai warna yang menjadi simbol pasar. Setelahnya terdapat tulisan "Rawa Bening" dan "Jakarta Gems Center" di pintu masuk utama gedung.

ADVERTISEMENT

Pasar ini setidaknya terdiri dari tiga lantai. Di lantai dasar dan satu gedung dipenuhi oleh penjual batu permata, cincin akik dan aksesoris perhiasan. Sedangkan di lantai dua terdapat para penjual obat-obatan atau apotek.

Saat masuk ke dalam pasar melalui pintu masuk utama, telah berjajar kios-kios yang menjual berbagai jenis aksesoris. Terlihat suasana pasar cukup ramai pengunjung walaupun terdapat banyak kios tutup atau lapak yang kosong.

Sejauh mata memandang, terdapat sejumlah pengunjung yang sedang berbicara dengan para pedagang di area pasar. Saat berkeliling, pedagang di kawasan ini juga terlihat acuh-tak acuh dan tidak menawari pengunjung yang melintas untuk menengok barang-barang yang dijual.

Terlihat sebagian besar pedagang lantai dasar ini menjual berbagai jenis aksesoris dan permata, khususnya batu akik beserta cincinnya. Terlihat jajaran batu akik nampak warna warni berkilau terkena pantulan cahaya lampu.

Di luar itu ada juga beberapa toko yang menjual perhiasan, barang-barang pusaka seperti keris dan golok, hingga benda-benda yang berbau mistis seperti jimat dan lainnya. Bahkan di area ini detikcom menemui salah seorang pedagang yang menjual jimat untuk CPNS.

Naik ke lantai satu, terlihat sebagian besar toko masih menjual aksesoris dan batu permata. Namun suasana di lantai ini menjadi lebih sepi pengunjung. Toko-toko yang tutup juga terlihat semakin banyak di lantai ini.

Begitu pula saat menaiki lantai dua pasar. Di area ini terdapat banyak toko obat atau apotek dan tempat makan. Kondisi di lantai ini jauh lebih sepi dari lantai-lantai di bawahnya dan terdapat lebih banyak toko yang tutup.

Omzet Pedagang Jakarta Gems Center Kini Ancur-ancuran

Salah seorang penjual cincin dan batu akik, Yono (60), mengatakan kawasan ini dulunya sangat lah populer dan tidak pernah kehabisan pengunjung. Bahkan pada puncaknya di 2015 lalu, area pasar sangatlah ramai hingga banyak penjual yang menjajakan batu akik di pinggir-pinggir jalan.

Akibatnya harga toko di JGC sempat melambung tinggi hingga lebih dari setengah miliar rupiah. Sayangnya kondisi ini tidak bertahan lama karena sejak 2015 lalu, tren batu akik malah mendadak terus menurun hingga saat ini.

"Dulu (2015) harga toko aja satu ruangan gini ada yang setengah miliar, Rp 700 juta, Rp 800 juta. Sekarang mah paling Rp 200 juta, ya Rp 150 juta lah," ungkap Yono kepada detikcom.

Padahal saat pasar ini masih sangat berjaya, ia mengaku dalam sehari bisa meraup omzet Rp 5-6 juta. Tak tanggung-tanggung, Yono yang telah berjualan batu sejak 1980-an itu pernah mengantongi Rp 80 juta dalam sehari.

"Saya pernah dapat uang komisi (jual batu) Rp 80 juta ada pernah seharian kerja. Namanya orang dagang kalau komisi bisa dapat, kalau lagi bagus ya bagus. Cuma nggak dapat setiap hari itu dapatnya (omzet jumbo). Paling sebulan sekali. Dulu memang ramai, dulu cari Rp 5-6 juta juga gampang," ungkapnya.

Yono merasa kondisi ini sangat berbeda jauh dengan yang dialaminya sekarang. Bahkan sehari-hari ia mengaku sering kali tidak dapat penglaris. Untuk omzet sendiri ia tidak bisa menakar sebab ia sudah sangat jarang menerima pembeli, padahal harga jual cincin dan batu akik sangat bervariatif.

"Ya relatif, ada yang seharga Rp 200 ribu, ada yang Rp 300 ribu, ada yang Rp 500 ribu, nggak pasti. Tergantung mau jual atau nggak, gitu aja. Misalkan saya butuh uang, pasti saya jual (cincin akik miliknya). Asal rugi pun pasti saya jual, karena ada kebutuhan," jelas Yono.

"Keadaan bisa memaksa seseorang, merubah seseorang, bisa jual murah atau mahal. Kalau abis dapat uang dia bisa bertahan dengan harga yang diinginkan, kalau nggak dia harus berkorban. Karena harga jual batu kan sesuai kesepakatan (antara penjual dengan pembeli)," tambahnya.

Ada juga pedagang yang masihnunggak bayar listrik, klik halaman selanjutnya:

Ada Pedagang Jakarta Gems Center yang Nunggak Listrik 5 Tahun

Sepinya pembeli hingga turunnya omzet membuat sejumlah toko terus merugi. Bahkan ada di antara mereka yang tidak dapat membayar tagihan listrik.

Kondisi ini terlihat dari surat peringatan (SP) dari pihak PD Pasar Jaya yang tertempel di rolling door toko yang sudah tutup. Kondisi ini cukup banyak ditemui saat memasuki area lantai 1 dan 2 pasar. Di kawasan ini terdapat lebih banyak toko yang tutup dan terlihat sudah tidak beroperasi lagi.

Mirisnya, di beberapa toko yang sudah tutup itu tertempel SP terkait biaya listrik yang belum dibayarkan.Tidak tanggung-tanggung, nilai tunggakan para pedagang yang ditutup ini mencapai jutaan rupiah.

Untuk nominal pastinya berbeda-beda antara satu toko dengan yang lain. Sebagai contoh ada satu toko permata di lantai 2 pasar yang menunggak biaya listrik sebesar Rp 2.612.557.

Dalam SP 3 yang tertempel di toko, penjual yang satu ini sudah menunggak biaya listrik selama 34 bulan (Juni 2018-Mei 2021). Pemilik toko sendiri sudah mendapat peringatan penutupan pada Maret 2021 kemarin.

"Apabila dalam waktu 3(tiga)Γ—24 jam Saudara tidak mengindahkan Surat Peringatan ini, maka akan dilakukan pemutusan listrik secara permanen," tulis surat peringatan itu.

Kemudian ada juga toko yang masih nunggak tagihan listrik sebesar Rp 4.668.406. Dalam SP tersebut tertulis penjual yang satu ini sudah menunggak biaya listrik selama 60 bulan (April 2016-Maret 2021).

Di luar itu ada juga beberapa toko yang ditempelkan pengumuman disewakan atau dijual oleh pemilik sebelumnya. Hal ini menunjukkan bagaimana sang pemilik sebelumnya sudah tidak lagi menggunakan toko tersebut.

Halaman 2 dari 2
(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads