Perjalanan Syahrul Yasin Limpo dari Jabat Mentan, Mundur, hingga Ditangkap KPK

Perjalanan Syahrul Yasin Limpo dari Jabat Mentan, Mundur, hingga Ditangkap KPK

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 13 Okt 2023 09:40 WIB
Tersangka mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) dikawal petugas setibanya di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (12/10/2023). Syahrul Yasin Limpo dijemput paksa dari sebuah apartemen oleh tim penyidik KPK terkait kasus dugaan tindak pidana Korupsi di Kementan yaitu pemerasan dengan jabatan, penerimaan gratifikasi, dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) mencapai Rp13,9 miliar. ANTARA FOTO/Reno Esnir/Spt.
Tersangka mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) dikawal petugas setibanya di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (12/10/2023)/Foto: ANTARA FOTO/RENO ESNIR
Jakarta -

Perjalanan karier mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) berakhir sebagai tersangka korupsi. Ia ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (12/10) malam di apartemen sehari setelah sampai di Jakarta dari Makassar.

Jika dirunut dari awal, Syahrul Yasin Limpo menjabat sebagai Mentan sejak 2019. Saat itu ia ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bergabung pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.

Belum habis masa jabatannya, Syahrul Yasin Limpo tersandung kasus korupsi. Penyelidikan dugaan korupsi di Kementan disebut KPK sudah dimulai sejak awal 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai puncaknya dugaan kasus korupsi tersebut melibatkan Syahrul Yasin Limpo saat rumah dinasnya di Jakarta Selatan digeledah KPK pada 28 September 2023. Di situ ditemukan uang tunai puluhan miliar hingga 12 senjata api (senpi).

"Juga beberapa dokumen di sana, seperti catatan keuangan dan pembelian beberapa aset yang bernilai ekonomis," kata Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri.

ADVERTISEMENT

Saat penggeledahan berlangsung, Syahrul Yasin Limpo sedang berada di luar negeri untuk melakukan kunjungan kerja ke Spanyol dan Italia dalam kapasitasnya sebagai Mentan. Ia meninggalkan Indonesia pada 24 September 2023 dan seharusnya sudah kembali 1 Oktober 2023.

Nyatanya sampai 3 Oktober 2023 belum juga kembali ke Indonesia. Ia dikabarkan sempat hilang kontak, namun Partai NasDem mengatakan alasan Syahrul Yasin Limpo belum bisa pulang karena sakit, sampai akhirnya tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada 4 Oktober 2023.

Syahrul Yasin Limpo Mundur

Sehari setibanya di Indonesia tepatnya pada 5 Oktober 2023, agenda Syahrul Yasin Limpo sangat padat. Mulai dari berkantor ke Kementan, ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan terkait dugaan pemerasan, dan menuju ke NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat.

Pada akhir harinya, Syahrul Yasin Limpo bertolak menuju kantor Kementerian Sekretariat Negara untuk memberikan surat pengunduran dirinya sebagai Mentan. Dia datang ditemani Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar yang juga sama-sama politikus Partai Nasdem.

Usai mengajukan surat ke Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Syahrul Yasin Limpo menjelaskan alasannya mundur sebagai Mentan. Tak lain tak bukan, alasan utamanya mengaku ingin fokus menghadapi proses hukum di KPK.

"Saya sore hari ini datang meminta waktu Bapak Presiden dan diberi kesempatan melalui Mensetneg Pak Pratik untuk menyampaikan usul dan surat pengunduran diri saya sebagai menteri. Alasan saya mengundurkan diri adalah ada proses hukum yang saya hadapi dan saya selalu siap menghadapi secara serius," imbuh Syahrul Yasin Limpo.

Per 6 Oktober 2023, Presiden Jokowi mengaku sudah menindaklanjuti surat itu dengan memberikan restu pengunduran diri Syahrul Yasin Limpo. Sebagai gantinya ditunjuk Arief Prasetyo Adi yang menjabat sebagai Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sebagai pelaksana tugas (Plt) Mentan.

"Tadi malam sudah diberikan kepada saya dari Mensesneg soal pengunduran diri Menteri Pertanian, sudah ditindaklanjuti dan sudah ditanda-tangani juga," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (6/10).

Syahrul Yasin Limpo akhirnya ditangkap KPK di halaman berikutnya.

Syahrul Yasin Limpo Ditangkap KPK

Syahrul Yasin Limpo resmi diumumkan sebagai tersangka pemerasan dan gratifikasi di Kementan pada Rabu (11/10) malam. Ada juga dua tersangka lainnya yakni Sekjen Kementan Kasdi Subagyono (KS) dan Direktur Alat dan Mesin Pertanian Kementan Muhammad Hatta (MH).

Saat pengumuman itu Syahrul Yasin Limpo belum ditangkap karena berada di Makassar, Sulawesi Selatan untuk mengunjungi ibunya yang sedang sakit. Baru ditangkap KPK pada Kamis (12/10) malam setibanya di Jakarta.

KPK mengatakan Syahrul Yasin Limpo diduga meminta adanya penarikan uang secara paksa pada jajaran eselon I dan II Kementan. Kebijakan itu turut dibantu oleh tersangka Muhammad Hatta dan Kasdi Subagyono.

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak mengatakan setiap bulannya Syahrul Yasin Limpo meminta anak buahnya di Kementan mengumpulkan setoran US$ 4.000-10.000.

"Atas arahan SYL, KS dan MH memerintahkan bawahannya untuk mengumpulkan sejumlah uang di lingkup eselon I, para direktur jenderal, kepala badan, hingga sekretaris di masing-masing eselon I dengan besaran nilai yang telah ditentukan SYL dengan kisaran besaran mulai US$ 4.000 sampai US$ 10.000," jelas Tanak.

Menurut Tanak, uang pemerasan yang diterima Syahrul Yasin Limpo melalui tersangka Kasdi dan Hatta berupa pecahan mata uang asing setiap bulannya. Uang itu dipakai untuk keperluan pribadi mulai dari pembayaran cicilan kartu kredit hingga mobil.

"Penggunaan uang oleh SYL yang juga diketahui KS dan MH antara lain untuk pembayaran cicilan kartu kredit dan cicilan pembelian mobil Alphard milik SYL," ungkapnya.

Hasil penyidikan KPK mengungkap besaran uang korupsi pemerasan dan gratifikasi yang diterima ketiga tersangka berjumlah Rp 13,9 miliar. Jumlah itu masih bisa terus bertambah.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Momen SYL Absen Pemeriksaan KPK Lalu Jenguk Ibu yang Sakit di Makassar"
[Gambas:Video 20detik]
(aid/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads